Tumalei yang tersembunyi
    IND | ENG

Tumalei yang tersembunyi

By : Taufik Hazan Asari 01 Desember 2010 News Categori : Uncategorized

Kurang lebih tiga minggu yg lalu media center airputih secara tidak sengaja kedatangan penduduk dari Tumalei. Sebenarnya meraka tidak bermaksud mengunjungi meniacenter, tetapi krn dimedia center juga merupakan gudang penyimpanan logistik salah satu lsm lokal, sehingga mereka singgah untuk mencari logistik untuk dusun mereka. Waktu itu mereka mengatakan bahwa untuk sampai disikakap mereka terlebih dahulu berjalan kaki berkilo2 meter jauhnya. Ini mereka lakukan karena boat2 yg masyarakat Tumalei miliki semuanya telah hancur oleh tsunami. Meraka terpaksa berjalan kaki krn bantuan tak kunjung menyinggahi kampung mereka setelah tsunami melanda. Hari ini begitu ada tawaran untuk mengunjungi mereka langsung ikut tanpa banyak pertanyaan.

30 November 2010, salah satu jadwal GMF(green Music Foundation) adalah mengantar Mercycorps distribusi di Tumalei, Timpun bergerak ke arah pelabuhan TPI untuk berangkat sama-sama tim Mercycorps yg terdiri dari 2 orang.Perjalanan menuju Tumalei ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam perjalanan. Jika perjalanan sebelumnya Di sabeu Gunggung kali ini melewatinya bahkan juga melewati area surfing yg terkenal Makaroni yg juga nampak dari boat yg kami tumpangi hancur luluh.

Tumalei masuk dalam wilayah Kec.Pagai Utara, Desa Silabu dengan titik kordinat S 02 37' 31.4" E 099 58' 57.0". Keadaan sangat memprihatinkan karena semua bangunan hancur total dan tidak ada yg tersisa. Dusun yg memang terletak dipinggir pantai ini terdiri dari 43 KK dengan 198 Jiwa. Bencana tsunami telah mengakibatkan 5 orang warganya meninggal dunia. Dusun itu kini tak berpenghuni lagi karena telah ditinggalkan, hanya beberapa orang yg kebetulan berada disana karena mengumpulkan kayu2 sisa rumah untuk dibawah kepengungsian.

Sebenarnya pihak Mercycorps ingin menemui kepala dusun untuk menyerahkan 45 paket bantuan alat pertukanan bagi warga Tumalei, tetapi karena tidak ketemu dilokasi tsb terpaksa harus menuju kepengungsian untuk proses serah terima. Bersama dengan rekan dari Mercycops kami menuju kepengungsian diantar salah seorang warga yg kebetulan ada dusun Tumalei menugmpulakn balok2 kayu, sementara yg lainnya menunggu disusun tumalei sambil loading bantuan. Perjalanan ke area pengungsian harus melewati sungai yg dangkal berkelok2 dgn memakai sampan kecil. Sampai dipengungsian marking gps menunjukkaan titik S 02 37 34.9 E 099 59 45.4. Kami disambut oleh kepala dusun Tumalei dan kordinator logistiknya.

Beberapa teman2 dari Yayasan Citra Mandiri/Lumbungderma sedang ngobrol jg dengan kepala dusun. Dari obrolan Pak Dusun dan Kord logistiknya terungkap bahwa beberapa kesulitan yg warganya alami diantaranya tentang persediaan logistik yg kemungkinannya hanya bisa bertahan untuk 3 hari kedepan sementara sumber penghidupan mereka belum pulih dan hanya berharap dari bantuan yg datang.

Selain itu anak2 Tumalei blm bisa mendapatkan pendidikan karena sarana belajar yg tidak ada juga guru yg minim. Sebelum Tsunami sekalah dasar hanya sampai kelas 4 sd untuk kelas 5 dan 6 harus pindah kedaerah lain seperti sikakap,silabu atau seumnaganyak. Saat ini juga minim sekali pelayanan kesehatan bahkan sudah beberapa minggu tidak disinggahi oleh elawan medis. Banyak orang terutama anak-anak terserang ispa, batuk dan demam2.

Tentang relokasi pak dusun menyampaikan bahwa masyarakat telah meilih tempat pengungsian saat ini sebagai tempat menetap permanen, sedangkan mengenai kebijakan pemerintah tentang relokasi merka tidak bisa mengikutinya karean sangat jauh dari kampung asal mereka, jauh dari tanah dan kebun mereka. Tempat relokasi menurut mereka juga merupakan tanah yg bermasalah karena merupakan wilayah HPH yg dimiliki perusahaan tertentu, dikhawatirkan akan menjadi sengketa baru dimasa2 mendatang. Sudah seminggu belakangan ini masyrarakt Tumalei bergotong royong membersihkan dan memotong2 kayu untuk dijadikan rumah bagi warga Tumalei didampingi oleh LSm lumbung derma/yayasan citra mandiri.

Dusun ini termasuk dusun yg jarang dikunjungi oleh relawan selain jaraknya lumayan jauh juga karena untuk mencapaiinya harus melawan ombak yg besar, Jika mengunjungi dusunya kebanyakan kosong makanya perlu diiformasikan bahwa mereka sudah mengungsi dibantaran sungai kurang lebih 1 kilometer dari dusun mereka. Setelah beberapa saat kami beranjak pulang ke dusun Tumalei dipinggir pantai diantar beberapa warga yg sekalian menjemput bantuan disana. Tidak berapa lama kami langsung pulang ke sikakap. (Zul)

© Airputih.or.id. All rights reserved.