Seumangaya Pagai Utara
    IND | ENG

Seumangaya Pagai Utara

By : Taufik Hazan Asari 06 Desember 2010 News Categori : Uncategorized

29 Nov 2010 kami melakukan perjalanan ke Seumangaya ( S 02 36'40.1", E 100 06' 37.0") 4 personil dengan 2 motor, Jalur Sikakap – Seumangaya 70% didominasi jalur pantai.

15 menit perjalanan kami melalui bangunan masjid beserta bangunan yang mirip ruang kelas rusak dan tak berpenghuni di Dusun Mabola. Menurut teman seperjalanan, bangunan tersebut adalah masjid dan asrama untuk anak pulau (dari dusun Tubeket dan Pasapuat) rusak sejak gempa tahun 2007, sampai sekarang belum ada perhatian dari pemda setempat.

Perjalanan dilanjutkan menuju Dusun Matobe (S 02 41'17.6”, E 100 11'04.5”). Dusun Matobe tidak terkena dampak tsunami dan merupakan daerah pesisir tetapi penduduknya merupakan penggarap ladang. Informasi yang kami dapat, pagi sampai sore mereka beraktifitas didusun, menjelang malam mereka mengungsi ke tanah yang lebih tinggi. Dikarenakan himbauan dari pemerintah untuk merelokasi tempat tinggal ke tempat yang lebih tinggi, agar aman dari tsunami. Beberapa warga sudah menyiapkan lahan untuk pindah sejak terjadinya gempa tahun 2007.

Yang menarik di Dusun Matobe kita menemui papan penguumuman yang bertuliskan “tersedia telepon umum” yang ada logo Telkomsel dan Depkominfo. Dengan diantar penduduk setempat, segeralah kita kesana, untuk melihat perangkat tersebut yang diletakkan di balai desa. Ternyata telepon satelit tidak berfungsi, menurut perangkat desa, perangkat tersebut telah ada kurang lebih 1 tahun.setelah beberapa bulan bermasalah, dan tidak dapat dipergunakan lagi. Pasca tsunami ada teknisi yang melakukan perbaikan dan pergantian perangkat. Tetapi sudah seminggu tidak bisa beroperasi lagi. Mungkin terkendala cuaca atau pulsa. tampilan fisik perangkat terdiri dari ; 1 paket antena vsat, panel listrik tenaga matahari 1 paket, pesawat telpon 2 unit, display remote.

Kita melanjutkan perjalan menuju Seumangaya, medan yang dihadapi adalah menelusuri pantai. Baru beberapa puluh meter keluar dari dusun, 1 kendaraan motor kami bermasalah, karena terjebur di muara dan mesin mati. Dan kami sepakat untuk meneruskan perjalanan dengan 2 personil 1 motor. Menelusuri pantai harus pandai – pandai menghitung ombak yang menepi, kalau tidak ingin mesin motor kerendam air laut. Kurang dari 1 jam kita tiba di Desa Seumangaya, sebelumnya harus melalui rakit penyeberangan 2 kali. Dengan ongkos seberang masing – masing 10 ribu rupiah.

Seumangaya merupakan ibukota Kecamatan Pagai Utara, yang letakya diantara Dusun Pasapuat dan Matobe. Peduduknya merupakan penggarap ladang, meski secara geografis dekat dengan laut. Pada bencana tsunami 2010 tidak terdampak. Di Seumangaya terdapat telepon satelit, yang dipasang pasca tsunami, bertempat di kantor kepala desa. Sayang waktu kami datang, kantor sudah tutup dan terkunci dari luar. Dari tampilan fisik, perangkat menggunakan 1 paket vsat, menggunakan genset. Menurut warga, telepon bisa beroperasi pada sore – malam hari, karena tergantung dari pengoperasian genset untuk penerangan. Maksimal 10 nomer telpon bisa digunakan secara bersamaan. Perjalanan di lanjutkan ketempat relokasi pengungsian, tampak di kiri kanan jalan banyak didirikan tenda terpal, dan rumah sederhana dari kayu. Penebangan pohon tampak disana sini untuk kepentingan tempat relokasi. Seperti di Dusun Matobe, pada pagi – sore hari mereka beraktifitas di tempat lama, baru sore mereka kembali ke tempat pengungsian. Karena terdesak oleh waktu, sebelum air laut pasang, kami memutuskan segera kembali ke Sikakap. (OX)

© Airputih.or.id. All rights reserved.