Seulawah RT 001
    IND | ENG

Seulawah RT 001

By : Hana 04 Agustus 2005 News Categori : Uncategorized

Kamis, 4 Agustus 2005, 17:47 WIB Seulawah RI 001 Minggu (26/12) pagi seperti juga hari minggu biasanya warga kota Banda Aceh menikmati pagi dengan berbagai aktivitas di Lapangan Blang Padang, beberapa keluarga sedang menikmati suasana pagi bersama anak-anak, muda-mudi dan orang tua menikmati senam pagi kesehatan jantung dan jogging. Peserta gerak jalan 10 Kilometer (10 K) Aceh Open 2004 memadati Lapangan Blang Padang, termasuk Wali Kota Banda Aceh. Namun takdir berkata lain piala itu lenyap sebelum diberikan. Gempa besar membuat panik semua peserta gulungan air bah dari laut memporak-porandakan  semua yang ada di lapangan Blang Bintang. Minggu kelam telah merenggut nyawa hampir semua yang ada, termasuk wali kota Banda Aceh Syarif Abdul Latif. Korban bergelimpangan, lumpur, bangkai mobil dan sampah memenuhi jalan dan permukaan tanah. Tidak ada lagi umbul-umbul kegiatan gerak jalan dan keramaiannya. Hanya satu yang masih tersisah berdiri di lapangan Blang Padang yaitu monumen miniatur pesawat RI 001 Seulawah berdiri kokoh di atas beton setinggi 3 meter. Pada tanggal 16 Juni 1948, di Aceh Hotel Kutaraja, Presiden Soekarno berhasil membangkitkan patriotisme rakyat Aceh. Gasida (Gabungan Saudagar Daerah Aceh) yang diketuai Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji, berhasil dikumpulkan sumbangan dari rakyat  Aceh berupa hasil bumi setara dengan 20 kg emas. Dana tersebut kemudian digunakan untuk membeli pesawat Dakota dan menjadi pesawat angkut pertama yang dimiliki bangsa Indonesia. Pesawat Dakota sumbangan dari rakyat Aceh itu kemudian diberi nama Dakota RI-001 Seulawah. Seulawah sendiri berarti "Gunung Emas" sumbangan Aceh. Pesawat Douglas DC-3 ini diproduksi oleh Douglas Aircraft Company tahun 1935. DC-3 "Seulawah" yang memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter memang berperanan besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Kehadiran Dakota RI-001 Seulawah mendorong dibukanya jalur penerbangan dalam negeri khususnya Jawa-Sumatera, bahkan hingga ke luar negeri untuk melakukan layatan hubungan luar negeri yang bebas dan aktif. Pada bulan November 1948, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengadakan perjalanan keliling Sumatera dengan rute Maguwo-Jambi-Payakumbuh-Kutaraja (Banda Aceh)-Payakumbuh-Maguwo dengan menggunakan pesawat DC-3 yang mempunyai ditenagai dua mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kg. Di Kutaraja (Banda Aceh), pesawat tersebut digunakan joy flight bagi para pemuka rakyat Aceh dan penyebaran pamflet. Pada tanggal 4 Desember 1948 pesawat yang bisa terbang dengan kecepatan maksimum 346 km/jam digunakan untuk pemotretan udara di atas Gunung Merapi. Pada tanggal 6 Desember 1948 pesawat Dakota mampu terbang sejauh 2.430 km bila bahan bakar penuh ini bertolak menuju Calcuta India,. Pesawat diawaki Kapten Pilot J. Maupin, Kopilot OU III Sutardjo Sigit, juru radio Adisumarmo, dan juru mesin Caesselberry. Perjalanan ke Calcuta adalah untuk melakukan perawatan berkala. Secara kebetulan, saat itulah terjadi Agresi Militer Belanda II. Dakota RI-001 Seulawah pun terputus dari induknya di tanah air. Pada tanggal 30 Juli 1984 peresmian monument yang terletak di Lapang Blang Padang, Banda Aceh. Sebagai lambang yang selalu hidup dikenang oleh seluruh rakyat Aceh bahwa sumbangan mereka terhadap perjuangan dan nasionalisme sangatlah besar. Monumen itu masih berdiri gagah menyongsong matahari terbit dari arah timur. (imron)

© Airputih.or.id. All rights reserved.