Semburan Lumpur di Muara Enim Meninggi
    IND | ENG

Semburan Lumpur di Muara Enim Meninggi

By : Hana 29 April 2008 News Categori : Berita

Selasa, 29 April 2008 21:08:10 Pengungsi Tuntut Jatah Makan Semburan Lumpur di Muara Enim Meninggi Kategori: Umum (36 kali dibaca) Muara Enim, Kompas - Semburan lumpur dan gas di sumur gas Merbau 01 di Desa Lubai Persada, Kecamatan Lubai, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, hingga Senin (28/4) belum teratasi. Jika Sabtu (19/4) tinggi semburan lumpur 1,5 meter dan sempat mereda, kini semburan meninggi jadi 3 meter. Untuk menampung luapan lumpur dari sumur Pertamina yang ditutup tahun 2003 karena tidak ekonomis itu, demikian Manager Humas PT Pertamina EP Region Sumatera Ali Syahbana, dibuat tanggul setinggi dua meter. Sejumlah peralatan untuk menangani semburan sudah ada di lokasi, tetapi belum dioperasikan. Kepala Desa Rambang Lubai Guslan mengatakan, 400 keluarga yang tinggal di desa itu kini khawatir bisa terjadi ledakan atau banjir lumpur seperti di Sidoarjo. Warga makin resah karena hari Minggu (27/4) pukul 15.00 muncul semburan air di kebun warga di dekat semburan lumpur. Ance (25), warga desa setempat, mengaku tidak nyenyak tidur karena khawatir terjadi ledakan. Warga berharap semburan bisa diatasi secepatnya mengingat hal itu sudah berlangsung satu minggu lebih dan belum ada tanda berkurang. Dalam sosialisasi yang dilakukan PT Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim di Balai Desa Rambang Lubai, anggota tim penanggulangan semburan lumpur, Dana Supriyatna, memaparkan, penanganan semburan cukup baik. Warga tidak perlu khawatir. Volume semburan kecil sehingga tidak mengakibatkan banjir lumpur seperti di Sidoarjo. Gas yang keluar pun tak berbahaya. ”Untuk mengatasi, akan dipasang pipa sehingga gas yang mengalir bisa dibakar,” katanya. Ada 17 sumur gas di desa yang terletak 200 kilometer dari Palembang itu. Sebanyak 15 di antaranya aktif, sedangkan dua sumur tidak aktif termasuk sumur Merbau 01. Camat Lubai Yosep Manjenaz menuturkan, warga khawatir terjadinya kebakaran besar karena ada lapisan batu bara dalam tanah. Apalagi saat memasuki musim kemarau. Yosep berharap warga yang tanahnya menjadi lokasi semburan mendapat ganti rugi sepadan. Tuntut jatah makan Sementara itu, korban lumpur yang mengungsi di Pasar Baru Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, berunjuk rasa hari Senin. Mereka menuntut Lapindo Brantas Inc (LBI) membatalkan rencana penghentian jatah makan per 1 Mei mendatang. Sejak pukul 07.00, sekitar 500 warga Desa Renokenongo, baik laki-laki maupun perempuan, berkumpul di Pasar Pagi Porong dengan membawa spanduk dan poster berisi tuntutan. Aksi warga didukung 35 mahasiswa Universitas Islam Malang. Kemudian mereka menuju Jalan Raya Porong yang berjarak 200 meter dari pasar. Namun, 50 meter menjelang Jalan Raya Porong, tepatnya di Jalan Bhayangkari, pengunjuk rasa dihadang sekitar 100 polisi dari Polres Sidoarjo. Terjadi saling dorong dan baku pukul antara pengunjuk rasa dan polisi selama 10 menit. Satu warga ditangkap polisi. Ketua Paguyuban Warga Renokenongo Menolak Kontrak Sunarto mengatakan, warga berunjuk rasa karena khawatir kelaparan. ”Padahal, kami belum menerima ganti rugi sepeser pun dari Lapindo,” katanya. Pukul 10.30, perwakilan dari LBI, Diaz Roychan, dan Badan Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo, Akhmad Khusairi, ke lokasi untuk berunding dengan perwakilan warga. Selanjutnya, warga bertemu Wakil Bupati Sidoarjo Saiful Ilah. Setelah berunding sekitar tiga jam, warga sepakat akan dipertemukan dengan Gubernur Jawa Timur Imam Utomo untuk membahas masalah itu, Selasa (29/4). Warga pun membubarkan diri pukul 14.00. Vice President Relations LBI Yuniwati Teryana mengatakan, keputusan menghentikan jatah makan bagi pengungsi sudah dipertimbangkan matang dan akan tetap dijalankan.((WAD/A13/INA))   Sumber: kompas

© Airputih.or.id. All rights reserved.