Saatnya Belajar dari Banjir
    IND | ENG

Saatnya Belajar dari Banjir

By : Hana 20 Februari 2007 News Categori : Berita

Selasa, 20 Pebruari 2007 14:13:52 Saatnya Belajar dari Banjir Kategori: Banjir dan Tanah Longsor (111 kali dibaca) Saatnya Belajar dari Banjir Awal Februari lalu, Jakarta seolah tenggelam saat banjir melanda ibu kota Republik Indonesia itu. Bukan hanya rumah-rumah kecil di pinggir aliran sungai, perumahan besar dan mewah pun di tengah kota, banyak yang terendam banjir. Selain rumah, bangunan perkantoran, rumah ibadah, sampai beberapa pusat perbelanjaan pun, tak bisa menahan derasnya air yang masuk. Hujan deras berhari-hari di Jakarta, ditambah kiriman air hujan yang datang dari Bogor dan Depok, membuat seolah seluruh air ditumpahkan ke Jakarta. Belum lagi air pasang di laut Teluk Jakarta, yang menyebabkan aliran air dari tengah kota yang ingin menuju ke laut, menjadi agak terhambat. Ada yang boleh dibilang beruntung, karena banjir yang masuk ke dalam rumah atau bangunannya hanya sekitar 10 sentimeter. Namun ada juga yang sampai setengah meter, bahkan tidak sedikit yang di atas satu meter, dan mencapai batas atap rumah. Di kawasan Jalan Slamet Riyadi, Jakarta Timur, yang berbatasan dengan Kali Ciliwung, air memasuki rumah-rumah di kawasan itu dengan cepatnya. Pada Sabtu (3/2) sore, air baru memenuhi jalan-jalan, namun menjelang malam, air sudah mulai memasuki rumah-rumah sampai setengah meter. Pada Minggu (4/2) dini hari, air sudah mencapai semeter dan terus naik dengan cepatnya. Hal serupa juga terjadi di kawasan Kalibata dan Bukit Duri di Jakarta Selatan. Air bahkan mencapai atap rumah, sehingga penghuni rumah di kawasan itu harus dievakuasi dengan perahu karet. Tak sedikit yang terpaksa meninggalkan rumah tanpa membawa apa-apa lagi. Maka setelah banjir surut, terlihatlah pemandangan yang cukup mengenaskan. Lemari es, kasur, sofa, sampai televisi dan buku-buku bertebaran di mana-mana. Jakarta terlihat berantakan dipenuhi lumpur dan sampah. Jalan-jalan hancur, aspal terkelupas dan berbagai barang rumah tangga tidak bisa terselamatkan. Tak terhitung pula berapa ratus koli pakaian yang habis terendam banjir. Novi Tri, warga perumahan Kunciran, Ciledug, hanya bisa memandang kecewa saat melihat kulkas dan berbagai peralatan elektronik di rumahnya hanyut oleh arus air yang keras. Begitu juga ketika banjir surut, lemari kayu yang dibelinya cukup mahal, ternyata juga ikut hancur. Bahannya tidak kuat menahan rendaman air. "Semua hancur, waktu saya angkat lemari, bagian belakangnya ambrol, lalu pakaian juga jadi bau amis. Belum lagi lumpur yang menumpuk di lantai," katanya kesal. Menurut perhitungannya, dia masih bisa menyelamatkan barang-barang tersebut kalau saja dia punya perahu karet sendiri. Waktu itu, cerita Novi, sekitar pukul 03.00 Minggu pagi, air mulai naik di jalanan. Penjaga malam memberitahukan kalau ada banjir. "Tidak sampai setengah jam, air dengan cepat naik sampai sepinggang. Saya ajak keluarga untuk mengungsi ke tempat lebih tinggi," kenangnya. Setelah mengamankan keluarga, Novi bersama beberapa pria lainnya kembali menuju rumah. Tapi tidak ada yang tersisa. Air naik dengan cepat sementara untuk masuk ke rumah juga sudah sulit karena kedalaman mencapai leher orang dewasa. Hanya barang-barang yang mengambang yang bisa diambil dan diletakkan di tempat yang lebih tinggi. Seorang tetangganya yang memiliki perahu karet biasa, yang banyak dijual di toko maupun di penjual kaki lima, bisa dengan cepat mengambil barang-barang di rumahnya. Dibantu beberapa warga, mondar-mandir menyelamatkan berbagai barang. Sebaliknya bagi Novi, "Motor saya juga tidak bi- sa diselamatkan. Habis terendam banjir." Di Jakarta Timur, walaupun ada sebuah keluarga yang sudah mengangkat lemari es ke atas meja, namun karena tingginya air banjir, tetap saja lemari es itu terendam oleh air. Serbasulit Di banyak tempat, orang-orang memang umumnya menyelamatkan barang-barang elektronik yang terbilang peka dan cukup sensitif bila terendam air. Sebab kalau sudah terendam dan terkena air, untuk memperbaikinya serbasulit. Mau dibuang, terasa saying, karena harganya cukup mahal. Namun untuk diperbaiki, perlu biaya yang tak sedikit. Untuk jenis sepeda motor memang ada beberapa merek yang ternyata tidak terlalu susah untuk dinyalakan lagi setelah terendam. Cukup dengan membuka dan mengeringkan beberapa bagian, serta menguras tangki bensin dan oli dari air, motor sudah bisa dinyalakan kembali. Sedangkan kalau untuk mobil, pilihannya memang agak berat. Yang mengerjakan harus montir atau orang bengkel. Sebab mobil sekarang ini yang full electronic dan full automatic terkadang rentan dengan air. Sementara kalau mobil yang masih menggunakan koil, maka bagian tersebut bila sudah dikeringkan, biasanya mesin bisa hidup kembali. Walaupun demikian, tetap saja dibutuhkan biaya yang tak sedikit untuk memperbaiki kendaraan bermotor yang sudah terendam air banjir. Hal serupa juga berlaku untuk barang-barang elektronik lainnya, seperti lemari es, televisi, radio, VCD/DVD player, dan banyak lagi. Beberapa perusahaan memang menyediakan pelayanan perbaikan gratis untuk barang-barang dari merek tertentu yang terkena banjir. Namun tetap saja, tak semua bisa diperbaiki. Air banjir yang penuh dengan kotoran, dapat dengan cepat merusak barang-barang elektronik. Kalau sudah begini, lalu apa yang harus dikerjakan? Apalagi masih banyak kalangan yang belum yakin bahwa di tahun-tahun mendatang, Jakarta akan bebas banjir. Bahkan bisa saja banjir besar datang kembali di Jakarta tidak lima tahun lagi, seperti selalu didengungkan lewat "siklus banjir besar lima tahun sekali", tetapi bisa saja tahun depan ada banjir yang cukup besar lagi. Itulah sebabnya, warga kini mulai belajar dari banjir. Caranya, dengan memperbaiki dan menata kembali peralatan di dalam rumah agar bila banjir datang kembali, lebih banyak yang dapat diselamatkan. Seperti Novi dan keluarganya. Begitu banjir surut, sambil membersihkan rumah, Novi sepakat bersama keluarganya untuk menambah lantai rumah menjadi dua lantai. Ini belajar dari pengalaman, rumah tetangganya yang memiliki dua lantai berhasil menyelamatkan semua barang-barangnya. "Malah mereka bisa masak segala, karena kompor gas juga selamat. Untuk air mereka sudah menyimpan beberapa galon air minum," cerita Novi. Oleh sebab itu dalam membangun lantai dua, di bagian atasnya tetap dibuatkan kamar mandi, WC, serta dapur kecil. Lalu Novi juga sudah mulai mengganti berbagai perlengkapan rumah tangganya dengan barang-barang yang terbuat dari plastik. Dia mengaku tidak tertarik lagi dengan mebel kayu yang mewah. "Mau gimana lagi, tempat saya ini rawan banjir. Kalau pakai mebel kayu, repot untuk menyelamatkannya," katanya lagi. Begitu juga dengan lemari baju, dia membeli kotak-kotak plastik dalam ukuran besar. Ini semakin mudah karena sekarang juga dijual lemari dorong dari plastik. Perlengkapan lainnya, senter water proof yang baterainya bisa diisi ulang menjadi salah satu andalan. Mesin diesel ukuran kecil juga disiapkan, sebab ketika banjir lampu mati sampai beberapa hari. Hal lain adalah mengganti pintu kamar dan yang lainnya dengan bahan plastik. Hanya pintu depan yang dibiarkan terbuat dari kayu. Mengingat kondisi perumahannya yang parah bila terkena banjir, maka Novi akan mengubah interior rumahnya menjadi terbalik. Barang-barang hiasan, seperti kristal dan hiasan dinding akan dipajang di lantai atas. Lantai bawah justru akan dibiarkan kosong. Cukup dengan kursi plastik dan televisi ukuran sedang. Untuk televisi ukuran besar diletakkan di lantai atas. Novi juga membeli tas plastik yang kedap air di sebuah pusat penjualan alat-alat rumah tangga impor. Hal itu sebenarnya sering digunakan penyelam atau penelusur gua yang menyimpan barang-barang berharganya di sebuah kantong kedap air. Namun tas itu bisa digunakan pula untuk menyimpan surat-surat penting, seperti ijazah, akte kelahiran, surat nikah, surat mobil, dan sertifikat rumah. Selain itu juga bisa dipakai untuk menyimpan obat-obatan, serta tabung oksigen bagi yang tengah memakai. Kotak plastik kedap air ternyata bisa dipakai untuk menyimpan makanan. Bahkan ada satu keluarga yang masih menemukan nasi dan lauk pauk dalam keadaan utuh dan bisa dimakan sekalipun sudah terkena banjir, karena disimpan dalam kotak tersebut. Lalu untuk kendaraan bermotor? Mungkin tip singkat, bila air sudah mulai memenuhi jalan di depan rumah, sebaiknya mobil atau motor dipindahkan saja dulu ke tempat yang lebih aman. Mudah-mudahan kendaraan bermotor Anda akan lebih terjaga dan bisa diselamatkan dari banjir.(Ars/B-8)   Sumber: Suara Pembaruan

© Airputih.or.id. All rights reserved.