PERINGATAN DINI: 30/9/2011; 'SIAGA' G. Anak Krakatau
    IND | ENG

PERINGATAN DINI: 30/9/2011; 'SIAGA' G. Anak Krakatau

By : Taufik Hazan Asari 04 Oktober 2011 News Categori : Uncategorized

Bencana : Peringatan Dini "SIAGA" G. Anak Krakatau
Tanggal : 30 September 2011 pukul 24:00 WIB
Posisi : Anak Krakatau: -6.101611, 105.422861 Atau: Koordinat/ Geografi : 6°06'05.8" LS dan 105°25'22.3" BT
Wilayah : Selat Sunda, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan, Propinsi Lampung
Korban : Tidak Ada
Pengungsi : Tidak Ada
Kerusakan : Tidak Ada
Kebutuhan : Sosialisasi
Penanganan : PVMBG: I. PENDAHULUAN: Gunungapi Anak Krakatau merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di Selat Sunda, muncul diantara P. Panjang, P. Sertung dan P. Rakata (komplek G. Krakatau). Sejak pemunculannya G. Anak Krakatau tanggal 11 Juni 1927 hingga 2011, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dengan waktu istirahat berkisar antara 1 – 6 tahun. Aktifitas G. Anak Krakatau hingga saat ini sedang ‘tumbuh’ membangun diri. Sejak erupsi terakhirnya tahun 2001, G. Anak Krakatau aktif kembali mulai 23 Oktober 2007 s/d 10 Juli 2011, dengan kejadian erupsinya yang berlangsung setiap tahun namun dengan jumlah kejadiannya erupsi eksplosifnya dan potensi ancamannya yang terus menurun. Status kegiatan G. Anak Krakatau diturunkan dari status Siaga menjadi Waspada sejak tanggal 31 Oktober 2009. Seismograf di Pos PGA Anak Krakatau sejak 10 Juli 2011, tidak merekam gempa karena peralatan seismik di lapangan mengalami kerusakan akibat terkena material erupsi eksplosif/letusan. II. HASIL PEMANTAUAN: Pemantuan aktivitas G. Anak Krakatau secara visual maupun seismik dilakukan dari Pos Pengamatan G. Anak Krakatau yang berada di Desa Pasauran Kec. Cinangka, Kab. Serang Provinsi Banten dan Desa Hargo-Pancuran, Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan Provinsi Lampung. Data seismik yang terekam di lapangan secara telemetri diteruskan ke ke dua Pos PGA, dan dengan menggunakan VSAT (Satelit), data tersebut diteruskan ke Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung. 2.1. Visual: Secara umum, pengamatan visual ke arah G. Anak Krakatau dari Pos PGA Pasauran sering mengalami gannguan akibat gunungapi tersebut sering tertutup kabut. * Sepanjang tahun 2011 s/d 13 September 2011, kadang – kadang masih teramati kejadian erupsi eksplosif yang menghasilkan abu vulkanik dan lontaran material. * Pengamatan lapangan aktifitias di G. Anak Krakatau periode 14 s/d 30 September 2011 sebagai berikut: 1. Tidak ada kejadian letusan abu dan terlihat hampir setengah tubuh G. Anak Krakatau yang berada di bagian utara-timur-selatan tertutup oleh lapangan solfatara. 1. Aktivitas di kawah G. Anak Krakatau lebih didominasi oleh aktifitas hembusan asap tipis-sedang di sepanjang dinding kawah, dan hembusan tipis di beberapa lapangan solfatara. 1. Getaran - getaran yang terjadi di tubuh G. Anak Krakatau terasa hingga jarak ± 700 m dari puncak 2.2.Seismik; Metoda seismik dilakukan untuk memantau aktivitas magmatik G. Anak Krakatau melalui hasil rekaman kegempaan baik dari data analog maupun digital yang diterima di Pos PGA G. Anak Krakatau. * Periode erupsi tahun 2010 ini tercatat jumlah gempa harian Vulkanik Dalam antara 20-30 kejadian per hari, sedangkan Vulkanik Dangkal tercatat antara 120-135 kejadian sementara gempa letusan dan hembusan dapat mencapai ratusan kejadian per hari. * Tahun 2011 hingga 10 Juli 2011, aktivitas G. Anak Krakatau masih didominasi oleh gempa vulkanik (baik Vulkanik Dalam maupun Dangkal), Letusan, serta Hembusan * Setelah peralatan seismik beroperasi kembali dengan baik, sejak 18 September 2011 pukul 11:49 WIB s/d 30 September 2011, aktiftas kegempaan G. Anak Krakatau masih cukup tinggi dengan terekamnya gempa-gempa Vulkanik yang menerus (swarm gempa vulkanik). Kejadian Gempa vulkanik yang terekam mencapai 4-5 kejadian permenit. III. Potensi Bencana Erupsi G. Anak Krakatau: Erupsi eksplosif G. Anak Krakatau yang sering terjadi 4 tahun terakhir ( periode Oktober 2007 s/d 2011) adalah erupsi magmatik bertipe strombolian, yaituerupsi eksplosif yang menghasilkan material vulkanik berupa berukuran bongkah, bomb, lapilli dan abu, yang umumnya tersebar di sekitar pulau Anak Krakatau pada radius sekitar 500 m – 1500 m. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari kekuatan dan arah angin. Kejadian erupsi eksplosif yang tercatat pada 10 Juli 2011 pukul 15:26 WIB mengakibatkan kerusakan peralatan seismik di G. Anak Krakatau akibat lontaran material pijar pada radius 700 – 1000 m dari pusat erupsi. Selain merusak peralatan seismik, erupsi tersebut juga merusak titik pengukuran GPS yang dipasang di beberapa lokasi di tubuh G. Anak Krakatau. Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan hampir seluruh tubuh G. Anak Krakatau yang berdiameter ± 2 Km merupakan kawasan rawan bencana. Mengingat tingginya aktifitas gempa – gempa vulkanik yang berpotensi terjadinya erupsi eksplosif dan masih tetap tingginya minat turis asing dan domestik mengunjungi, mendarat dan mendaki hingga ke bibir kawah G. Anak Krakatau, hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko terjadinya bencana yang tinggi pula. Oleh karena itu peringatan tetap perlu diberikan agar tidak timbul korban jiwa. IV. Kesimpulan: * Terjadi peningkatan aktifitas kegempaan dengan terekamnya swarm vulkanik dan meluasnya zona solfatara di tubuh G. Anak Karakatau. * Berdasarkan hasil dan analisis data visual maupun instrumental maka terhitung mulai 30 September 2011 pukul 24:00 WIB, status kegiatan G. Anak Krakatau dinaikan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Anak Krakatau. Jika terjadi perubahan penurunan/peningkatan aktivitas vulkanik G. Anak Krakatau secara signifikan, maka tingkat kegiatannya dapat diturunkan/dinaikkan sesuai dengan tingkat kegiatan dan ancamannnya. V. Rekomendasi: Sehubungan dengan perkembangan kegiatan tersebut, kami merekomendasikan sebagai berikut : 1. Masyarakat/wisatawan tidak mendekati Pulau G. Anak Krakatau Krakatau dalam radius 2 km dari kawah G. Anak Krakatau. 2. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isyu-isyu tentang erupsi G. Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami. 3. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan melakukan kegiatan seperti biasa serta senantiasa mengikuti arahan Satlak PB dan Satkorlak PB setempat. 4. Untuk informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Krakatau (0254) 651449 di Pasauran (Provinsi banten). Akses Komunikasi : Tidak Ada Data Kontak Penting : Pos Pengamatan G. Krakatau (0254) 651449 di Pasauran (Provinsi banten). Sumber : Kode Bencana : I. PENDAHULUAN: Gunungapi Anak Krakatau merupakan salah satu gunungapi aktif yang berada di Selat Sunda, muncul diantara P. Panjang, P. Sertung dan P. Rakata (komplek G. Krakatau). Sejak pemunculannya G. Anak Krakatau tanggal 11 Juni 1927 hingga 2011, telah mengalami erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dengan waktu istirahat berkisar antara 1 – 6 tahun. Aktifitas G. Anak Krakatau hingga saat ini sedang ‘tumbuh’ membangun diri. Sejak erupsi terakhirnya tahun 2001, G. Anak Krakatau aktif kembali mulai 23 Oktober 2007 s/d 10 Juli 2011, dengan kejadian erupsinya yang berlangsung setiap tahun namun dengan jumlah kejadiannya erupsi eksplosifnya dan potensi ancamannya yang terus menurun. Status kegiatan G. Anak Krakatau diturunkan dari status Siaga menjadi Waspada sejak tanggal 31 Oktober 2009. Seismograf di Pos PGA Anak Krakatau sejak 10 Juli 2011, tidak merekam gempa karena peralatan seismik di lapangan mengalami kerusakan akibat terkena material erupsi eksplosif/letusan. II. HASIL PEMANTAUAN: Pemantuan aktivitas G. Anak Krakatau secara visual maupun seismik dilakukan dari Pos Pengamatan G. Anak Krakatau yang berada di Desa Pasauran Kec. Cinangka, Kab. Serang Provinsi Banten dan Desa Hargo-Pancuran, Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan Provinsi Lampung. Data seismik yang terekam di lapangan secara telemetri diteruskan ke ke dua Pos PGA, dan dengan menggunakan VSAT (Satelit), data tersebut diteruskan ke Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung. 2.1. Visual: Secara umum, pengamatan visual ke arah G. Anak Krakatau dari Pos PGA Pasauran sering mengalami gannguan akibat gunungapi tersebut sering tertutup kabut. * Sepanjang tahun 2011 s/d 13 September 2011, kadang – kadang masih teramati kejadian erupsi eksplosif yang menghasilkan abu vulkanik dan lontaran material. * Pengamatan lapangan aktifitias di G. Anak Krakatau periode 14 s/d 30 September 2011 sebagai berikut: 1. Tidak ada kejadian letusan abu dan terlihat hampir setengah tubuh G. Anak Krakatau yang berada di bagian utara-timur-selatan tertutup oleh lapangan solfatara. 1. Aktivitas di kawah G. Anak Krakatau lebih didominasi oleh aktifitas hembusan asap tipis-sedang di sepanjang dinding kawah, dan hembusan tipis di beberapa lapangan solfatara. 1. Getaran - getaran yang terjadi di tubuh G. Anak Krakatau terasa hingga jarak ± 700 m dari puncak 2.2.Seismik; Metoda seismik dilakukan untuk memantau aktivitas magmatik G. Anak Krakatau melalui hasil rekaman kegempaan baik dari data analog maupun digital yang diterima di Pos PGA G. Anak Krakatau. * Periode erupsi tahun 2010 ini tercatat jumlah gempa harian Vulkanik Dalam antara 20-30 kejadian per hari, sedangkan Vulkanik Dangkal tercatat antara 120-135 kejadian sementara gempa letusan dan hembusan dapat mencapai ratusan kejadian per hari. * Tahun 2011 hingga 10 Juli 2011, aktivitas G. Anak Krakatau masih didominasi oleh gempa vulkanik (baik Vulkanik Dalam maupun Dangkal), Letusan, serta Hembusan * Setelah peralatan seismik beroperasi kembali dengan baik, sejak 18 September 2011 pukul 11:49 WIB s/d 30 September 2011, aktiftas kegempaan G. Anak Krakatau masih cukup tinggi dengan terekamnya gempa-gempa Vulkanik yang menerus (swarm gempa vulkanik). Kejadian Gempa vulkanik yang terekam mencapai 4-5 kejadian permenit. III. Potensi Bencana Erupsi G. Anak Krakatau: Erupsi eksplosif G. Anak Krakatau yang sering terjadi 4 tahun terakhir ( periode Oktober 2007 s/d 2011) adalah erupsi magmatik bertipe strombolian, yaituerupsi eksplosif yang menghasilkan material vulkanik berupa berukuran bongkah, bomb, lapilli dan abu, yang umumnya tersebar di sekitar pulau Anak Krakatau pada radius sekitar 500 m – 1500 m. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari kekuatan dan arah angin. Kejadian erupsi eksplosif yang tercatat pada 10 Juli 2011 pukul 15:26 WIB mengakibatkan kerusakan peralatan seismik di G. Anak Krakatau akibat lontaran material pijar pada radius 700 – 1000 m dari pusat erupsi. Selain merusak peralatan seismik, erupsi tersebut juga merusak titik pengukuran GPS yang dipasang di beberapa lokasi di tubuh G. Anak Krakatau. Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan hampir seluruh tubuh G. Anak Krakatau yang berdiameter ± 2 Km merupakan kawasan rawan bencana. Mengingat tingginya aktifitas gempa – gempa vulkanik yang berpotensi terjadinya erupsi eksplosif dan masih tetap tingginya minat turis asing dan domestik mengunjungi, mendarat dan mendaki hingga ke bibir kawah G. Anak Krakatau, hal tersebut berpotensi meningkatkan resiko terjadinya bencana yang tinggi pula. Oleh karena itu peringatan tetap perlu diberikan agar tidak timbul korban jiwa. IV. Kesimpulan: * Terjadi peningkatan aktifitas kegempaan dengan terekamnya swarm vulkanik dan meluasnya zona solfatara di tubuh G. Anak Karakatau. * Berdasarkan hasil dan analisis data visual maupun instrumental maka terhitung mulai 30 September 2011 pukul 24:00 WIB, status kegiatan G. Anak Krakatau dinaikan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Anak Krakatau. Jika terjadi perubahan penurunan/peningkatan aktivitas vulkanik G. Anak Krakatau secara signifikan, maka tingkat kegiatannya dapat diturunkan/dinaikkan sesuai dengan tingkat kegiatan dan ancamannnya. V. Rekomendasi: Sehubungan dengan perkembangan kegiatan tersebut, kami merekomendasikan sebagai berikut : 1. Masyarakat/wisatawan tidak mendekati Pulau G. Anak Krakatau Krakatau dalam radius 2 km dari kawah G. Anak Krakatau. 2. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isyu-isyu tentang erupsi G. Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami. 3. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan melakukan kegiatan seperti biasa serta senantiasa mengikuti arahan Satlak PB dan Satkorlak PB setempat. 4. Untuk informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Krakatau (0254) 651449 di Pasauran (Provinsi banten).
Akses Komunikasi : Tidak Ada Data
Kontak Penting : Pos Pengamatan G. Krakatau (0254) 651449 di Pasauran (Provinsi banten).
Sumber : ICTD-AP, PVMBG
Kode Bencana : AV.30911

© Airputih.or.id. All rights reserved.