Penyakit ISPA Kasus Menonjol yang Diderita Pengungsi Aceh
    IND | ENG

Penyakit ISPA Kasus Menonjol yang Diderita Pengungsi Aceh

By : Hana 26 Januari 2005 News Categori : Berita

Rabu, 26 Januari 2005, 05:24 WIB -Berita Umum- Penyakit ISPA Kasus Menonjol yang Diderita Pengungsi Aceh Reporter: AK-23, 2005-01-25 19:54:41 Banda Aceh, Acehkita. Para pengungsi akibat gempa dan gelombang tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), kini dihinggapi berbagai jenis penyakit. Dari 10 jenis penyakit yang berhasil ditemukan Tim Medis Relawan Bogor sejak tiga pekan lalu, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kasus menonjol dan jenis penyakit yang paling banyak diderita para pengungsi. Tim Medis Relawan Bogor yang mulai bekerja sejak 2 Januari lalu, sedikitnya menemukan 2.004 kasus pada sejumlah pengungsi yang menghuni kamp-kamp pengungsian di Banda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Jaya. Dari jumlah ini, penderita ISPA merupakan kasus paling menonjol dan menempati urutan pertama dari 10 jenis penyakit utama yang diderita para pengungsi akibat gempa dan tsunami di Aceh, yaitu mencapai 721 kasus (35,98%).Buruknya sanitasi air, lingkungan, dan kondisi udara, mungkin merupakan salah satu penyebab banyaknya pengungsi yang menderita ispa,” kata Koordinator/Penanggung Jawab Tim Medis Relawan Bogor dr Ilham kepada Selasa (25/1) di Banda Aceh. Jenis penyakit menonjol yang ditemukan Tim Medis Relawan Bogor adalah neurosa, yang kerap juga disebut depresi atau tekanan mental. Penderita neurosa ini menempati urutan kedua dengan jumlah penderita mencapai 388 kasus (19,36%). Bahkan, di luar kasus tersebut, Tim Relawan juga menemukan dua kasus penderita psikosa, yaitu penderita gangguan mental berat alias gila.Saya tidak tahu persis penyakit ini diderita yang bersangkutan sesudah atau sebelum bencana. Tapi, dilihat dari tingkah laku dan gejala-gejala yang tampak, saya berasumsi bahwa psikosa yang diderita korban justru datang setelah gempa dan gelombang tsunami ini,” kata Ilham. Urutan ketiga ditempati penderita jenis penyakit myalgia (sakit otot) dengan jumlah penderita mencapai 202 kasus (10,08%). “Banyaknya penderita jenis penyakit ini mungkin disebabkan oleh tingkat kehidupan penderita yang tidak stabil, seperti harus berpindah-pindah tempat tinggal, pergerakan anggota tubuh yang tidak konsisten, terlalu capek, dan lain-lain,” katanya. Tim Medis Relawan Bogor yang juga membawa berbagai jenis obat-obatan sebanyak satu ton, juga menemukan tingginya penderita penyakit dermatitis (penyakit kulit) di kalangan pengungsi Aceh. Jenis penyakit berupa tumbuhnya bentolan-bentolan kecil bernanah di kulit, seperti eksim ini, menempati urutan keempat dengan jumlah penderita sebanyak 163 kasus (8,13%). Kasus lain yang juga menonjol adalah penyakit diare (sakit perut), menempati urutan kelima dengan jumlah penderita mencapai 149 kasus (7,44). Selanjutnya di urutan keenam, jenis penyakit gastritis (sakit maag) 105 kasus (5,24%); Rangking ketujuh, penyakit hipertensi (darah tinggi) 99 kasus (4,94%); Urutan kedelapan, infeksi kulit (gatal-gatal/scabies) 66 kasus (3,29%); Urutan kesembilan, alergi 58 kasus (2,89%); dan rangking kesepuluh jenis penyakit vulnus atau luka sebanyak 53 kasus (2,64%). Selama hampir empat pekan berada di Aceh, Tim Relawan Bogor dengan jumlah personel mencapai 94 orang, termasuk 32 tenaga medis dan 6 orang dokter, berhasil pula mengevakuasi tidak kurang dari 800 jenasah dari lokasi bencana di wilayah kota Banda Aceh, Aceh Besar, dan Aceh Jaya. Mereka juga mengobati tidak kurang dari 10 ribu pasien dari berbagai kamp pengungsian. [dzie] sumber : Pena Indonesia

© Airputih.or.id. All rights reserved.