Kesan dan Pesan Peluncuran Buku "Open Source, Jalan Bebas Terbuka"
    IND | ENG

Kesan dan Pesan Peluncuran Buku "Open Source, Jalan Bebas Terbuka"

By : asih 28 Maret 2014 News Categori : Uncategorized

Edit 1Kamis, 27 Maret 2014 bertempat di ruang Ubud 1 Hotel Puri Denpasar, AirPutih meluncurkan buku yang berjudul OPEN SOURCE, JALAN BEBAS TERBUKA "Seluk  Beluk Tentang Migrasi Open Source Pemda Aceh Tengah dan Yogyakarta". Acara dibuka oleh Agung Riyadi selaku ketua AirPutih. Dalam acara ini dihadiri oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pemerintah dan komunitas. Selain peluncuran buku juga ada diskusi dan berbagi informasi kegiatan migrasi perangkat lunak open source di lingkungan pemerintah Aceh Tengah dan Pemerintah kota Yogyakarta. 

Diskusi sesi pertama ada 4 narasumber yaitu Zulfikar Ahmad dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Irhaman dari pengguna linux takengon (Pelita), Sukandarisman dari Pemerintah Kota Yogyakarta, dan Irsyadul Ibad dari Infest Jogja.

Zulfikar mengatakan bahwa migrasi perangkat lunak open source di Aceh Tengah memberi dampak yang besar sampai ke pelosok desa di Aceh Tengah dalam hal pemanfaatan teknologi komputer, karena perangkat lunak open source relatif terjangkau dan sifatnya yang terbuka sehingga memungkinkan penggunaan yang masif di berbagai bidang. "Migrasi open source yang dilakukan di Aceh Tengah tidak hanya sekedar mengganti perangkat lunak ilegal ke perangkat lunak legal dan open source, namun lebih jauh lagi kegiatan ini membuka peluang bagi masyarakat untuk belajar pemanfaatan teknologi di berbagai bidang, serta terjadi transfer ilmu pengetahuan di lingkungan komunitas Pengguna Linux Takengon (Pelita)" tambah Irhaman. Setelah proses migrasi selesai, tim migrasi OSS Aceh Tengah, yakni Pelita,  tetap menerima permintaan migrasi komputer di instansi pemerintah di Aceh Tengah. Dalam 6 bulan tim migrasi berhasil memigrasikan 700 komputer di sekitar 50 SKPD di Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.

Menurut Sukandarisman dari bagian Teknologi Informasi dan Telematikan (TIT Jogja), pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman migrasi perangkat lunak open source di Yogyakarta adalah, dibutuhkan komitmen dari pemerintah pusat dalam hal pemilihan perangkat lunak, sehingga kantor di daerah yang sudah menggunakan perangkat lunak open source dapat berjalan lancar apabila aplikasi yang harus digunakan dari pemerintah pusat dapat berjalan di perangkat lunak Open Source. Harapannya, migrasi oss ini dilaksanakan di seluruh Indonesia, tentunya dengan dukungan penuh dan komitmen dari Pemerintah.

Kegiatan migrasi OSS di pemerintah kota Jogja dilakukan dalam dua periode, periode pertama yaitu tahun 2008 – 2009 dan periode dua pada 2010 – 2014. Pada periode dua (2010 - 2012) sebanyak 261 dari 302 komputer di 22 SKPD telah dimigrasikan. Tahapan yang perlu diketahui dalam proses migrasi yaitu: (1) Penjajakan kerjasama, (2) MOU, (3) Assesment, (4) Fase 1 : Sosialisasi SKPD, (5) Fase 3 : Instalasi komputer, (6) Fase 3 : Pendampingan, dan yang terakhir (7) Evaluasi. Irsyadul Ibad juga menambahkan, hasil pembelajaran dari kegiatan migrasi OSS ini antara lain : Pentingnya pemahaman pengambil kebijakan terkait dengan manfaat implementasi Free Open Source Software (FOSS); Kebutuhan keberadaan helpdesk pada proses migrasi; Kebutuhan pengelolaan pengetahuan pada proses migrasi FOSS; Keberlanjutan ditentukan oleh kebijakan yang dihasilkan; Perlunya penerapan pada level yang bertingkat (kabupaten/Kota ke Provinsi).

Setelah makan siang dilanjutkan pada sesi kedua yaitu sharing dan diskusi mengenai implementasi open source dalam pendidikan dan pemerintah. Narasumbernya yakni, Onno W. Purbo seorang pakar IT, Rusmanto penggerak open source, Gardha Mahendra guru IT SMK Muhammadiyah 5 Jogja dan Agung Riyadi ketua AirPutih. Sebelum diskusi, ada pemaparan terlebih dahulu hasil penelitian AirPutih mengenai TIK di pendidikan, dengan judul Faktor-faktor Pendorong Pemilihan Perangkat Lunak sebagai Alat Peraga (Studi Kasus MGMP TIK se-DKI Jakarta), yang menunjukkan bahwa guru TIK di DKI Jakarta rata-rata masih menggunakan sistem operasi bajakan dalam kegiatan belajar mengajarnya, hal ini dikarenakan beberapa guru mata pelajaran tidak tahu ada sistem operasi lain dan mereka merasa sudah familiar dengan sistem operasi bajakan tersebut (windows).

Kesimpulan dan masukan yang dihasilkan dalam kegiatan peluncuran buku dan diskusi ini antara lain :

  1. Ketergantungan penggunaan perangkat lunak proprietary di berbagai bidang terkait erat dengan SDM

  2. Agar tercapai kemandirian di bidang TIK dibutuhkan SDM yang berkualitas

  3. Perubahan yang dilakukan membutuhkan waktu yang panjang agar menghasilkan SDM yang berkualitas, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan masuk ke pendidikan, mempersiapkan calon-calon pengajar masa depan

  4. Perhatian ke dunia pendidikan sangat penting untuk membangun kesadaran terhadap kemandirian di bidang TIK

  5. Komunitas Open Source merupakan tulang punggung gerakan Indonesia Go Open Source

  6. Regenerasi didalam tubuh komunitas Open Source sangat diperlukan agar keberlanjutan gerakan Open Source di Indonesia terus terlaksana

  7. Sesuai dengan perencanaan Indonesia Go Open Source, baiknya tetap dilaksanakan dengan mengandalkan kerjasama antara pemerintah, komunitas Open Source dan entitas lain yang terkait

Setelah peluncuran buku dan diskusi ini semoga tercipta semangat-semangat baru lagi dalam mensosialisasikan dan mengimplementasikan open source baik di dunia pendidikan, pemerintah, komunitas dan LSM.  

© Airputih.or.id. All rights reserved.