Peluang Mematikan Semburan Masih Terbuka
    IND | ENG

Peluang Mematikan Semburan Masih Terbuka

By : Hana 30 Januari 2008 News Categori : Uncategorized

Rabu, 30 Januari 2008 11:11:36 Peluang Mematikan Semburan Masih Terbuka Kategori: Umum (44 kali dibaca) Jakarta, Kompas - Dua puluh bulan semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, belum juga dapat dimatikan. Namun, sejumlah pakar pengeboran minyak dan gas yakin peluang itu masih terbuka. ”Teknologi menyuntikkan fluida melalui lubang relief well untuk mematikan semburan belum terbantahkan hingga sekarang,” kata Ketua Laboratorium Teknik Pemboran Migas Institut Teknologi Bandung, mantan anggota Tim Investigasi Independen Luapan Lumpur Lapindo Rudi Rubiandini pada ”Diskusi Pakar Bersama Publik: Mengurai Lumpur Lapindo dan Solusinya” di Jakarta, Selasa (29/1). Optimisme didukung tiga ahli pengeboran migas Pertamina yang menangani sejumlah kasus semburan (blow out) di lapangan migas. Ketiganya adalah mantan Wakil Direktur Pertamina Mustiko Saleh, mantan Manajer Umum Pertamina Robin Lubron, dan ahli semburan pensiunan Pertamina Kersam Sumanta. Pembicara lain, geolog independen Andang Bachtiar. Semua pembicara menolak hipotesa semburan lumpur panas diakibatkan fenomena bencana alam, seperti gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum 19 Mei 2006. Gempa bumi lebih kuat dengan lokasi pengeboran migas lebih dekat (kurang dari 300 kilometer) pernah terjadi, tetapi tidak menimbulkan semburan seperti di Sidoarjo. Menurut Rudi, setidaknya ada tiga cara mematikan semburan yang berurutan; menginjeksikan lumpur dengan berat jenis lebih tinggi dibanding air asin, mengalirkan air asin panas melalui lubang buatan samping, dan meruntuhkan lapisan di pusat semburan dengan peledak. ”Itu pekerjaan besar, berat, mahal, dan susah. Tetapi itu yang harus dilakukan,” katanya. Menurut Rudi, biaya yang dibutuhkan untuk relief well, perpipaan, pompa-pompa, dan tangki khusus, 50 juta dollar AS-70 juta dollar AS. Proses mematikan hanya sekitar tiga jam, tetapi persiapannya berbulan-bulan. Yang dibutuhkan adalah dukungan dan niat yang justru tidak ada. ”Jangan politisir ini. Ini murni soal teknis dan yang dibutuhkan dana dan dukungan,” kata Kersam. Yang tercium saat ini justru adanya upaya penyembunyian informasi seputar proses pengeboran awal. Rudi dan Andang menyebutkan kesulitan para ahli perminyakan dan geolog memperoleh data untuk menganalisa penanganan sumber semburan. Data seismik dan mikroseismik di bawah permukaan hingga kini juga tidak ada. Ia menyebutkan keanehan yang terjadi dua tahun ini, yakni tidak ada diskusi teknis di kalangan asosiasi teknik perminyakan, pengeboran, dan geolog tentang penyebab dan solusi menghentikan semburan. ”Kenapa? Karena di dalam asosiasi-asosiasi itu ada orang-orang yang punya kepentingan tertentu. Memalukan, justru Walhi yang bisa melakukannya,” katanya. Tim Pengawas Lumpur Lapindo DPR Nizar Dahlan (Komisi VII) mengakui, banyak pihak bermain dengan banyak kepentingan. ”Ada relasi dengan proyek-proyek dan banyak kepentingan lain di luar kasus itu,” katanya.((GSA))   Sumber: kompas

© Airputih.or.id. All rights reserved.