Aplikasi open source pembaca layar (screen reader) Orca, semakin dikenal banyak tunanetra di Indonesia. Beberapa organisasi dan sekolah tuna netra mulai mengenal Orca di AirPutih kemarin. Seperti: SLBA Tan Miyat Bekasi, SLBA Citereup Cimahi Jawa Barat, Mitra Netra dan beberapa lembaga lain. Menyusul teman-teman mereka di Biak, Ruteng dan Ponorogo yang lebih dahulu mengenal Orca. Seharian penuh (29/30) mereka mencoba mengenal dan mengeksplorasi Orca dalam Workshop pengenalan Orca di kantor Yayasan AirPutih. Acara ini adalah rangkaian dari program Baca Buku Buka Dunia kerjasam AirPutih dan Unesco. Mayoritas tuna netra pengguna komputer menggunakan aplikasi pembaca layar berbayar di komputer. Lisensi aplikasi itu seharga 1400 dollar Amerika, harga yang lumayan besar untuk tuna netra Indonesia . "Hanya lembaga-lembaga besar yang menggunakannya," ungkap salah satu peserta workshop, Irham Hosni dari Yayasan penyandang Wiyata Guna Bandung. Orca membuat tuna netra Indonesia mempunyai alternatif screen reader yang free. "Dibutuhkan upaya yang lebih keras lagi untuk mesosialisasikan ke tuna netra, bahwa mereka mempunyai alternatif screen reader," papar Irwan Dwi Kustanto, Vice Executive Director Yayasan Mitra Netra yang ikut hadir di workshop. Irwan yang mengaku terbiasa dengan prorgram berbayar dan mencoba Orca untuk pertama kalinya berkomentar " Program ini sangat-sangat baik. Karena tuna netra tidak hanya bisa membaca dan menulis di Komputer." Dia juga mengatakan bahwa Orca yang berjalan di Linux Ubuntu sudah memenuhi kebutuhan tuna netra untuk menggunakan komputer. Berbeda dengan beberapa linux untuk tuna netra yang telah ada sebelumnya, yang rata-rata hanya berbasis teks bukan graphical user interface seperti Orca. "Sebab tunanetra tidak mau dibuatkan aplikasi yang ekslusif, aplikasi eksklusif hanya membuat tunanetra semakin dipinggirkan. Sebab saat bertemu dengan program yang digunakan orang awas tuna netra akan kebingungan" tambah Irwan. Karena itu ia menyambut gembira adanya Orca ini. ,