Mereka Masih Trauma dan Belum Berani Melaut
    IND | ENG

Mereka Masih Trauma dan Belum Berani Melaut

By : Hana 16 September 2007 News Categori : Uncategorized

Minggu, 16 September 2007 09:24:13 Gempa Sumatera Mereka Masih Trauma dan Belum Berani Melaut Kategori: Gempabumi (225 kali dibaca) Yanto (46) memandang air laut yang bergelombang besar di lepas pantai dengan tatapan menerawang, Sabtu (15/9). Nelayan di Pantai Tapak Paderi itu sejak pagi duduk di depan perahu miliknya yang dibiarkan teronggok di pinggiran sungai. Sejak Kamis (13/9) lalu perahu-perahu milik nelayan di pantai itu tidak dioperasikan, menyusul gempa berkekuatan 7,9 skala Richter yang terjadi sehari sebelumnya. Gempa yang diikuti gelombang pasang tinggi saat itu membuat gentar para nelayan yang biasa melaut pada malam hari atau subuh. Bagaimana tidak. Setelah musibah itu, di Pantai Tapak Paderi, misalnya, hampir 10 perahu nelayan tradisional rusak dan hilang terseret gelombang laut yang tinggi. Hingga kemarin belum ada satu nelayan pun yang pergi melaut. Beberapa memilih memperbaiki perahu-perahu mereka yang rusak. "Kami masih trauma dengan gempa dan gelombang yang tinggi. Apabila cuaca sudah membaik, angin tidak lagi kencang, dan ombak tidak lagi tinggi, baru kami berani melaut," kata Yanto. Hal serupa terjadi di Pantai Pulau Baai, Kota Bengkulu. Ratusan nelayan di sana sejak Rabu lalu tidak melaut karena khawatir dengan gempa susulan dan gelombang besar. Ini artinya, mereka kehilangan penghasilan untuk sementara waktu. Hendri (30), nelayan di Pulau Baai, menuturkan, ia biasanya mendapat ikan rata-rata 200 kilogram setelah melaut empat hari. Akibat gagal melaut, untuk menyambung hidup dan makan sehari-hari, dia kini terpaksa berutang kepada pedagang pengumpul atau tengkulak di sana. Lumpuh Gempa yang mengguncang Bengkulu telah melumpuhkan aktivitas ekonomi masyarakat. Di beberapa lokasi, seperti Kabupaten Bengkulu Utara, hingga kemarin belum seluruh toko atau warung buka. Sebagian besar warga tampak masih sibuk mengurus rumah yang hancur, bahkan banyak pula yang masih mengungsi. Tidak hanya nelayan, sejumlah petani pun belum berani berladang. Mereka masih trauma dengan gempa susulan. Bisa dikatakan, sebagian besar korban gempa saat ini kehilangan pencarian dan sangat bergantung pada pertolongan orang lain. Sebab, data Badan Pemberdayaan Masyarakat Bengkulu menunjukkan, 80 persen atau mayoritas penduduk Bengkulu adalah petani dan nelayan. Kemiskinan bertambah Tingkat kemiskinan di Provinsi Bengkulu bukan mustahil bertambah setelah musibah kali ini. Sebagaimana dikemukakan Ketua Pelaksana Tim Koordinasi Pemberantasan Kemiskinan Provinsi Bengkulu Bahrullah Abbas, jika rumah yang rusak itu tidak diperbaiki, akan berpotensi menambah jumlah kemiskinan di provinsi tersebut. "APBD provinsi sangat terbatas. Jangankan untuk mendanai perbaikan rumah penduduk, untuk pemutakhiran data keluarga miskin tahun lalu saja kami kekurangan dana. Jika tidak ada bantuan dana rehabilitasi dari pemerintah pusat, dipastikan kemiskinan penduduk akan bertambah," kata Bahrullah. Hingga kemarin, jumlah rumah warga yang terdata mengalami kerusakan mencapai 14.070 rumah. Sebanyak 3.830 rumah tercatat rusak berat, 4.594 rumah rusak sedang, dan 5.646 rumah rusak ringan. Mengenai jumlah penduduk miskin, Data Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Bengkulu menunjukkan, pada tahun 2005 tercatat 183.931 keluarga atau 46 persen dari 369.341 keluarga tergolong miskin. Kini memang sudah ada harapan perbaikan hidup bagi para korban. Seperti dikemukakan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, pihaknya sedang mendata rumah, gedung, dan fasilitas umum di Bengkulu yang rusak. Rehabilitasi rumah yang rusak akan dibiayai melalui APBN dan dana block grant. Semoga hal itu benar.((LKT))   Sumber: kompas

© Airputih.or.id. All rights reserved.