Menggenjot Open Source di Pesantren
    IND | ENG

Menggenjot Open Source di Pesantren

By : Taufik Hazan Asari 14 Januari 2010 News Categori : AirPutih on Media

Jakarta - Sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye penggunaan perangkat lunak legal berbasis open source di Indonesia, Yayasan pondok pesantren SPMAA Turi Lamongan mengadakan sosialisasi dan pelatihan bertajuk 'Bahtsul MasaiLINUX Bersama POS-MOS (Pesantren Open Source – Madrasah Open Source): Dasar-dasar Desktop Ubuntu dan Web Berbasis CMS'. Menempati Aula Masjid Ruhullah Yayasan Ponpes SPMAA, kegiatan diikuti 30 peserta yang terdiri dari pengelola madrasah dan pesantren, murid/santri, serta komunitas pegiat open source yang ada di Kabupaten Lamongan. Pelatihan ini dibuka bersama oleh Direktur Yayasan Ponpes SPMAA, Gus H. Khosyi'in Kocoworo Brenggolo, S.Ag., dan Kepala Kantor PDE Kabupaten Lamongan, Drs. Hurip Tjahjono, M.Hum. Dikatakan Gus Adhim dari sekretariat POS-MOS Yayasan SPMAA, selama sepuluh hari peserta akan belajar dasar-dasar penggunaan sistem operasi dan paket aplikasi komputer berbasis open source. Distro Ubuntu Muslim Edition atau yang lebih dikenal dengan Sabily sengaja dipilih untuk menyesuaikan komunitas dan lingkungan pesantren. Pelatihan yang didampingi fasilitator dari Yayasan Air Putih ini juga mengajari peserta praktik pengelolaan web berbasis CMS (content management system). Direktur Yayasan Ponpes SPMAA, Gus Khosyi'in mengharapkan, kegiatan ini bisa menjadi gerakan alternatif dalam upaya menekan angka pembajakan dan pemakaian perangkat lunak illegal di tanah air. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa filosofi dan semangat open source telah lama diterapkan di pondok pesantren SPMAA. "Sejak awal dirintis oleh Bapa Guru MA. Muchtar tahun 1961, proses pembelajaran di pesantren dan madrasah SPMAA menganut sistem terbuka. Sumber belajar dan peserta bisa datang dari mana saja, sehingga istilah open source bagi kami bukan hanya berlaku pada isu teknologi komputer semata, tapi juga pada falsafah proses pengajarannya," kata Gus Khosyi'in dalam keterangan tertulis yang diterima detikINET, Kamis (14/1/2010). Sementara itu Kepala Kantor PDE Kabupaten Lamongan, Drs. Hurip Tjahjono, M.Hum., menyampaikan apresiasi dan komitmennya untuk mendukung keberlanjutan dari kegiatan POS-MOS ini. "Kami mewakili institusi pemerintah siap bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat dan komunitas agar kampanye open source ini semakin meluas sehingga target tahun 2011 sebagai tenggat akhir migrasi penggunaan opensource bisa tercapai," jelasnya. Pesantren Open Source – Madrasah Open Source (POS MOS) merupakan program inisiatif Yayasan Ponpes SPMAA yang dideklarasikan pada tanggal 20 Agustus 2009. Program yang menyasar pesantren dan madrasah se-Indonesia ini bertujuan membantu pemerintah dalam kampanye Indonesia Go Open Source (IGOS). "Selain berfungsi sebagai wadah komunitas pesantren/madrasah pengguna open source, program POS-MOS juga mengemban misi pengembangan pesantren dan madrasah terutama dalam pemanfaatan sumber daya," imbuh Gus Adhim. Penggunaan istilah POS-MOS merujuk pada filosofi, semangat dan gerakan open source: Ilmu, pengetahuan, teknologi terbuka dan boleh dinikmati siapa saja untuk sebesar-besarnya kemakmuran umat dunia akhirat. Secara umum visi POS-MOS adalah 'Menjadikan Pesantren dan Madrasah Sebagai Institusi Pendidikan Terbuka, Mudah, Murah, Mardhatillah, dan Menjangkau Semua'. Hingga saat ini kegiatan yang telah digelar POS-MOS antara lain: sosialisasi ke pesantren/madrasah melalui event rutin 'Bahtsul MasaiLINUX Bersama POS-MOS', silaturahmi antar komunitas open source, advokasi ke pemerintah, penggalangan dukungan lewat group di Facebook dan juga hibah komputer bagi sekolah melalui kampanye 'Satu Komputer Untuk Ma'had & Madrasah' atau disingkat SERUMAH. ( ash / ash )

© Airputih.or.id. All rights reserved.