BENCANA GEMPA - Mengurangi Korban dan Kehancuran Akibat Goncangan dan Tsunami
    IND | ENG

BENCANA GEMPA - Mengurangi Korban dan Kehancuran Akibat Goncangan dan Tsunami

By : Hana 10 Januari 2005 News Categori : Uncategorized

Senin, 10 Januari 2005, 11:39 WIB -- BENCANA GEMPA - Mengurangi Korban dan Kehancuran Akibat Goncangan dan Tsunami Penulis :  Ir. H. Sarwidi, MSCE, Ph.D Pakar Gempa dari Universitas Islam Indonesia (kontak 0812-294-0177) Download artikel versi lengkap Naskah Final.zip disini BENCANA GEMPA - Mengurangi Korban dan Kehancuran Akibat Goncangan dan Tsunami Gempa diartikan sebagai goncangan pijakan yang cukup kuat. Oleh karena pijakan manusia adalah (masih?) di permukaan bumi, maka pengertian gempa biasanya juga berarti gempa bumi. Sebelum adanya jawaban secara ilmiah, manusia sudah mencoba menjawab melalui mitos-mitos tentang fenomena gempa bumi dengan ekspresi yang berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya di muka bumi ini. Gempa berpotensi menjadi bencana melalui: (1) goncangan tanah dan/atau (2) tsunami. Makalah ini akan memaparkan secara singkat mengenai fenomena gempa dan tsunami, kejadian di Indonesia, serta cara/solusi pengurangan dampaknya.  Dalam hal kegempaan, sekitar 2/3 wilayah Indonesia adalah wilayah yang rawan. Tsunami dapat disebabkan oleh gempa, letusan gunung, atau longsoran tebing di dalam laut. Dari catatan sejarah, tsunami lebih banyak disebabkan oleh gempa yang terjadi di lepas pantai. Mekanisme terjadinya tsunami akibat gempa adalah sebagai berikut ini. Kerusakan plat tektonik dan pergerakan vertikal plat tektonik di dasar laut terjadi secara mendadak menimbulkan gempa dan merubah posisi dan bentuk dasar laut. Perubahan posisi dan bentuk dasar laut yang secara mendadak tersebut diikuti oleh perubahan tempat massa air laut secara mendandak pula. Energi disebarkan melalui air laut dalam bentuk gelombang. Semakin besar kedalaman laut akan semakin tinggi kecepatan penjalaran gelombang tsunami. Semakin besar magnitut gempa (SR) dan semakin besar kedalaman laut di pusat gempa akan memperbesar energi tsunami, memperrbesar panjang gelombang, dan memperpanjang periode gelombang. Gempabumi mempunyai beberapa karakteristik khusus, diantaranya adalah umumnya puncak peristiwa terjadi tanpa peringatan yang jelas, terjadi secara mendadak dan mengejutkan, dan wilayah rawan bencana mudah diketahui dan diidentifikasi. Belajar dari sejarah, gempabumi kuat dapat mengakibatkan hal-hal yang dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu goncangan-tanah kuat (strong ground shaking), tsunami, kebakaran, dan kegagalan tanah (ground failure), yang kesemuanya  dapat menyebabkan kehancuran dan kerusakan bangunan serta dapat menelan korban jiwa atau luka-luka. Beberapa kejadian gempa dapat disebutkan berikut ini (Kompas 1 Januari 2005). Goncangan tanah yang kuat dan menimbulkan bencana di Indonesia beberapa tahun terakhir antara lain adalah Gempa Papua 1976, 1981, 2002, 2004 (2 kali); Nusa Tenggara  1992, 2004 (2 kali); Sulawesi 1997, 2000; Sumatera 1994, 1995, 2000, 2004, 2005; Maluku 1999, Jawa 1998, 1999, 2000 (3 kali), 2001 (3 kali), 2003. Khusus untuk Yogyakarta dan sekitarnya terjadi  pada tahun 1867, 1939, 1943, 1976, 2001 (2 kali). Peristiwa bencana gempa di luar negeri beberapa tahun ini adalah Turki 1999 dan 2003, Amerika Latin 1999 dan 2001, India 2002, Algeria 2003, Taiwan 1999, dan Iran 2003. Tsunami mempunyai beberapa karakteristik khusus, diantaranya adalah kecepatan gelombang tsunami tersebut dapat mencapai 900 km/jam dan secara berangsur berkurang hinggga 50 km/jam saat menghantam pantai, waktu penjalaran dari pusat gempa menuju pantai tergantung dari jaraknya, untuk kasus Gempa dan Tsunami Aceh tanggal 26 Desember waktu tsunami untuk mencapai Pulau Simeulue 20 menit, Banda Aceh 70 menit, Sri Langka 2 jam, dan Somalia 6 jam, ketinggian air laut di pantai menyusut secara drastis sebelum gelombang tsunami menghantam, dan muatan energi yang sangat besar hantaman tsunami di pantai dapat sangat merusakkan dan tinggi gelombang dapat mencapai 30 meter. Tsunami dapat menyebabkan bencana dalam bentuk banjir bandang pantai, penggaraman tanaman pantai, kekurangan air bersih, kerusakan bangunan dan tanaman pantai, serta korban jiwa dan luka-luka. Beberapa perstiwa gempa yang disertai dengan bencana tsunami di Indonesia adalah antara lain (Kompas 1 Januari 2005) Pantai Sulawesi 1969, Nusa Tenggara Barat 1977, Nusa Tenggara Timur 1992, Pantai Jawa Timur 1994, Pantai Utara Papua 1996, Pantai Barat Sumatera Bagian Utara 2002, dan Pantai Aceh dan Sumatera Utara 2004.

----------------------

Ir. H. Sarwidi, MSCE, Ph.D. adalah Direktur dan Peneliti CEEDEDS (Pusat Studi Rekayasa Kegempaan, Efek Dinamika, dan Kebencanaan) UII Yogyakarta, DIrektur Magister Teknik Sipil (S2) UII, dan Direktur Yayasan Wana Mandhira (LSM Lingkungan), Yogyakarta. Pengirim : Mimin Dwi Hartono Yayasan Wana Mandhira Jl. Boyong no.7, Kaliurang Yogyakarta 55585 Telp/Fax 0274-895364 / 0813-2878-3787

© Airputih.or.id. All rights reserved.