Bencana dan Berkah Merapi
    IND | ENG

Bencana dan Berkah Merapi

By : Hana 13 Januari 2007 News Categori : Uncategorized

Sabtu, 13 Januari 2007 19:05:33 Bencana dan Berkah Merapi Kategori: Gunungapi (554 kali dibaca) Bencana dan Berkah Merapi Pada musim penghujan 2007, banjir lahar dingin Merapi kembali mengancam warga yang tinggal di lereng gunung yang sedang aktif itu. Sebagian orang memaknai produk erupsi Merapi adalah berkah. Yogyakarta: Merapi. Gunung yang diperkirakan tumbuh di tanah Jawa sejak 400 ribu tahun lampau ini masih aktif. Namun ilmu vulkanologi menyatakan, Merapi memiliki tipe khusus. Sifat erupsi meleler ke aliran hulu sungai, tidak menyemburkan lava ke atas. Gunung Merapi aktif akibat perjalanan magma dan pergeseran lempeng bumi. Magma aktif yang berada di dalam inti bumi menembus celah dan rongga perut bumi hingga keluar ke permukaan. Dari perut bumi, magma membawa material batuan dengan suhu mencapai 1.000 derajat celcius. Merapi yang sangat aktif memiliki dua periode perulangan. Pertama perulangan jangka pendek antara dua hingga tiga tahun. Kedua perulangan jangka panjang, antara 15 hingga 30 tahun. Salah satunya siklus 30 tahunan terjadi pada 1961. Kala itu guguran lahar menerjang arah barat daya atau mengarah wilayah Yogyakarta dan Magelang. Setiap kali Merapi aktif, ilmuwan berupaya memperkirakan pergerakan arah awan panas dan lahar, seperti yang terjadi pada pertengahan 2006. Material yang keluar menimbulkan avalanche alis guguran material dengan disertai awan panas atau lebih dikenal wedhus gembel. Awan panas yang dapat bergerak dengan kecepatan hingga 150 kilometer per jam dengan suhu sekitar 500 derajat celcius itu membahayakan keselamatan manusia. Aktivitas Merapi baru menurun pada September 2006. Namun bukan berarti ancaman Merapi berhenti sampai di situ. Pada musim penghujan 2007, Merapi kembali menjadi ancaman. Hujan deras menerjang puncak dan mengalir di Kali Gendol membawa endapan vulkanik yang menimbulkan banjir lahar dingin. Lahar dingin mengancam warga yang tinggal di lereng Merapi ataupun di bantaran sungai gunung. Lahar dingin tak lain berasal dari lahar panas yang menggumpal di sekitar puncak Merapi. Material akan berubah menjadi lahar dingin yang meleleh bila diterpa hujan dengan intensitas minimal 70 milimeter dalam dua jam. Leleran lahar dingin bisa mencapai lebih dari 10 kilometer. Konon, awan panas memusnahkan tumbuhan di areal puncak Merapi. Sebab awan panas membuat batuan lapuk dan tanah mudah longsor. Sebagian ahli geologi menyakini, lahar dingin dari Merapi sempat menenggelamkan kerajaan di sekitarnya, kerajaan Mataram Hindu, misalnya. Candi-candi Hindu dan Buddha seperti Borobudur dan Prambanan juga diyakini tenggelam akibat terjangan lahar dingin. "Ada pengujian karbonating yang menunjukkan relasi erupsi (letusan gunung api) di abad kedelapan dan kesembilan cukup besar," kata geolog bernama Eko Teguh Paripurno. Candi Morangan yang terletak sekitar 12 kilometer selatan Gunung Merapi dan 100 meter dari Kali Gendol diperkirakan juga pernah tenggelam akibat lahar dingin. Candi Morangan terbenam hingga 6,5 meter di bawah permukaan tanah. Periodesasi pengendapan memang tidak menentu. Namun endapan ini yang membuat Candi Sambi Sari terkubur hampir 10 abad. Sisa peradaban ini setidaknya menunjukkan betapa daya jangkau lahar Merapi sangat jauh dan luas. Erupsi Merapi dipandang sebagai bencana bagi sebagian orang. Tapi sebagian yang lain memaknai produk erupsi Merapi adalah berkah. Salah satunya para penambang pasir. "Merapi dalam bahasa Jawa berarti memberi sesuatu pada manusia," tutur mbah Maridjan, juru kunci Merapi. Medio 2006, saat awan panas sedang aktif, penambang tradisional melakukan pekerjaannya di Kali Bebeng walau dalam kecemasan. Situasi berubah saat debu material awan panas telah meluluhlantakkan wilayah Bebeng hingga Kali Gendol. Pertambahan material yang mengendap membuat pengasilan penambang di hilir Kali Gendol bertambah. Mereka dapat meraup Rp 15 sampai Rp 60 ribu tiap hari. Namun risiko tinggi tetap menghantui penambang. Mereka minimal dapat tersapu aliran lahar dingin yang susah diprediksi kedatangannya. Kondisi ini akan terus berlanjut hingga puncak musim hujan tiba. Badan Meteorologi dan Geofisika memperkirakan lahar dingin jatuh pada akhir Januari dan Februari 2007. Seperti beberapa tahun sebelumnya, bila Merapi aktif, ilmuwan atau kelompok peneliti memantau agar dapat mengambil menyelamatkan warga secara cepat. Salah satunya adalah kelompok pecinta alam Merbabu Mountaineer Club (Mermounc) yang mencoba mendekati pucak gunung guna memantau aktivitas Merapi dari dekat. Saat menjelajah Merapi, tim Mermounc sempat mendapat kesulitan akibat terpaan angin kencang berkabut. Selain itu suhu udara yang terlalu dingin, sekitar tiga derajat celsius dan kemiringan pendakian sekitar 70 derajat, menyulitkan mereka. Namun tim tak menyerah dalam mengamati kubah baru. Merapi masih terus mengeluarkan gas belerang. Tingkat intensitas tinggi lokasi kawah mati pun membentuk rekahan baru. Selain itu material vulkanik belum mengalami proses pendinginan sempurna. Bila diguyur hujan, kondisi tersebut dapat menyebabkan guguran material. Merapi memang tak pernah padam. Berkah dan bencana selalu mendekati. Namun bagi manusia yang hidup berdampingan dengan alam secara selaras, akan memberi kebajikan. Di balik bencana ada berkah.(DNP/Tim Liputan Potret)   Sumber: liputan6.com

© Airputih.or.id. All rights reserved.