Ada Kaitan antara Barat dan Timur
    IND | ENG

Ada Kaitan antara Barat dan Timur

By : Hana 16 September 2007 News Categori : Uncategorized

Minggu, 16 September 2007 08:41:57 Kegempaan Ada Kaitan antara Barat dan Timur Kategori: Gempabumi (396 kali dibaca) Bicara kegempaan atau peristiwa gempa tektonik di seluruh dunia, tidak ada yang kebetulan. Ketika tiga tahun belakangan gempa besar bertubi-tubi terjadi di pelosok dunia, jawabannya adalah "tidak ada yang kebetulan". Penanda yang sering digunakan sebagai awal dari rentetan gempa besar—momen magnitudo di atas 6 atau sekitar 6 skala Richter (SR)—di seluruh dunia ini adalah gempa dan tsunami di Aceh, 26 Desember 2004. Rupanya, gempa itu telah "didahului" oleh gempa besar, yaitu gempa Simeulue tahun 2002 (7,0 SR). Gempa Bengkulu (Rabu, 12/9) "didahului" gempa tahun 2002 (7,3 SR). Ini semua bicara soal data empiris. Mengapa data empiris kegempaan menjadi penting? Ini karena, permukaan Bumi—setelah proses sekitar 50 juta tahun— berupa lempeng-lempeng yang sambung-menyambung bertemu satu sama lain. Lempeng ini sebagian berada di daratan (lempeng benua) dan sebagian lagi di laut (lempeng samudra). Mereka bertemu. Pada permukaan pertemuan antarlempeng terdapat Zona Benioff yang merupakan zona pusat gempa. Menurut Kepala Bidang Geodinamika Pusat Geodesi dan Geodinamika Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Cecep Subarya, "Tidak ada yang kebetulan, karena semua ini proses." Pertanyaan tentang faktor kebetulan tersebut muncul ketika pada saat gempa terjadi di Bengkulu, "tiba-tiba" muncul pula gempa di Bitung, Sulawesi Utara, dengan magnitudo 6,4 SR. "Semua lempeng itu saling berinteraksi sehingga ketika terjadi gempa Peru 8 SR, keseimbangan sistem lempeng-lempeng di dunia akan terganggu, akan berubah," ujar Cecep. Gempa Peru merupakan pelepasan energi pada zona subduksi antara Lempeng Nazca dan Lempeng Amerika Latin. Di seluruh dunia terdapat lebih dari 14 lempeng besar dan kecil. Lempeng-lempeng itu di antaranya adalah lima lempeng besar, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Afrika, dan Lempeng Amerika Utara. Semua lempeng itu berinteraksi. Sistem antarlempeng bisa dianalogikan dengan rumah kartu, meski tak seekstrem itu. Ketika satu kartu roboh, kartu berikutnya, berikutnya, dan berikutnya lagi ikut roboh. Pada sistem lempeng, perubahan keseimbangan dikombinasikan dengan zona lemah serta akumulasi energi di setiap zona yang unik merupakan sebagian faktor munculnya gempa di suatu tempat. "Itu akan menjalar dan mencari zona yang lemah," kata Cecep. Barat-timur Cecep menggarisbawahi gempa di Distrik Ransiki dan Oransbari, Kabupaten Manokwari, Papua pada 10 Oktober 2002 (6,5 SR). Gempa tersebut "menjalar" ke Bam, Iran, pada 26 Desember 2003 yang menelan korban puluhan ribu jiwa. Di Indonesia sepanjang tahun 2003 terjadi sejumlah gempa di atas 5 SR antara lain di Aceh Timur, Kuningan (Jawa Barat), Jakarta, Yogyakarta (5,6 SR), dan Banda Aceh (5,8 SR). Di pengujung tahun 2003 di Bengkulu terjadi dua gempa, yaitu 5,1 SR dan 5,0 SR. Pada hari kedua tahun 2004 berjalan, terjadi gempa di Bali dan Lombok (Nusa Tenggara Barat) dengan magnitudo 6,1 SR. Ini disusul dengan gempa besar 6 Februari 2004 di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua (6,9 SR). Gempa itu disusul gempa di Kabupaten Alor, 2 November 2004. Adapun di dunia, pada 2004 terjadi gempa di California (6,0 SR) pada 28 September, disusul gempa di Chûetsu, Prefektur Niigata, Jepang (7,2 SR) yang memakan korban cukup banyak. Puncak aktivitas lempeng dunia adalah gempa dan tsunami Aceh. Menilik semua data tersebut, Cecep menjelaskan, di bagian timur Indonesia, gempa Bitung dipengaruhi Lempeng Pasifik. Gempa tersebut tidak mustahil akan memicu gempa lain di wilayah sistem lempeng di sana. "Yang saya khawatirkan adalah aktifnya sesar Tarrera-Audina yang melalui kota Kaimana membelah Papua ke timur sampai ke daerah Merauke," ujarnya. Daerah tersebut merupakan pertemuan dari Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Pasifik. Kecepatan keduanya berbeda. Lempeng Australia bergerak 70 mm per tahun ke arah utara, sedangkan Lempeng Pasifik ke arah barat mendesak Lempeng Filipina dengan kecepatan 110 mm per tahun. Di sana juga terdapat sesar Ransiki (Biak-Pulau Numfor-Manokwari-Sorong). "Tahun 1996 di Biak terjadi gempa. Pada beberapa bulan sebelumnya terjadi gempa di Kerinci," ungkapnya. Gempa Kerinci terjadi pada 7 Oktober 1995 (7,0 SR), gempa Biak berkekuatan 7,5 SR terjadi pada 17 Februari 1996. Di timur juga terdapat sesar Palu-Koro yang perlu diwaspadai. Data ini merupakan fakta empiris yang patut menjadi landasan membangun kewaspadaan. Masyarakat dan pemerintah daerah setempat seyogianya bersiaga sebab potensi gempa (besar) di bagian timur Indonesia semakin dekat meski prediksi kapan gempa terjadi, diakui oleh para ahli, memang belum memungkinkan.(Brigitta Isworo L)   Sumber: kompas

© Airputih.or.id. All rights reserved.