Alfian Hamzah | Pena Indonesia. TEUNOM, ACEH JAYA (3 Januari 2005: Pukul 22:00) - Nazaruddin, 9 tahun,selamat dari gelombang tsunami yang menyapu bersih kota Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya, pesisir barat Provinsi Aceh. Anak kecil itu mampu bertahan hidup selama sembilan hari dengan makan kelapa. Dia terdampar di seberang Sungai Teunom. Hari ini para lelaki pengungsi yang selamat menjemputnya dengan rakit seadanya. Kota kecil Peunom, yang tadinya berpenduduk 18.000 orang, hampir rata dengan tanah. Laut pantai berwarna coklat karena timbunan rumah, lumpur dan pepohonan. Teunom terletak persis di pantai barat Provinsi Aceh dan berjarak 60 km dari Meulaboh. Kota kecil ini langsung menghadap Samudera Hindia, dan merupakan salah satu daratan terdekat dari episentrum gempa. Sekitar 25 dari 35 desa di kecamatan itu hancur total, Sekitar 1.500 penduduk yang selamat kini  pengungsi di Desa Lhok Guci, 12 km dari Teunom ke arah perbukitan. Lihat peta: http://www.penaindonesia.com/aceh/peta.htm Meski bantuan sudah mulai masuk ke situ lewat udara, secara keseluruhan daerah itu masih terisolasi hingga hari ini. Satu-satunya komunikasi keluar dari situ hanya bisa memakai telpon satelit yang dibawa Alfian Hamzah dari Kantor Berita Pena Indonesia, satu-satunya wartawan di situ. Telpon satelit itu harus diisi baterainya (re-charge) di Alujang, 30 kilometer dari Teunom, sekitar satu jam dengan menggunakan sepeda motor. Alujang hari ini dikunjungi para korban tsunami yang berasal dari Banda Aceh. Satu rombongan 20 orang, beberapa di antaranya peermpuan dan anak-anak, berjalan kaki dari Banda Aceh, melewati hutan dan rawa selama empat hari empat malam, menuju Meulaboh. Mereka hanya berbekal air kelapa dan mie. "Kami ingin mengunjungi Meulaboh dan memastikan apakah saudara kami di situ selamat," kata seorang dari mereka. Sekitar 80 persen kota Meulaboh hancur total oleh tsunami. Dari Meulaboh mereka mencari keluarga lain di daerah Teunom.*** (Berita ini boleh diforward, disebarluaskan dan dikutip)