70-an Tentara di Teunom Selamat dari Tsunami
    IND | ENG

70-an Tentara di Teunom Selamat dari Tsunami

By : Taufik Hazan Asari 02 Januari 2005 News Categori : Berita

Oleh Alfian Hamzah | Pena Indonesia TEUNOM - ACEH JAYA (1 Januari 2005 : Pk 18:00 WIB) - Sekitar 70 orang anggota Kopassus, pasukan khusus Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang bertugas di Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya, selamat dari bencana tsunami. Teunom terletak persis di pantai barat Provinsi Aceh dan berjarak 60 km dari Meulaboh. Kota kecil ini langsung menghadap Samudera Hindia, dan merupakan salah satu daratan terdekat dari episentrum gempa. Meski bantuan sudah mulai masuk ke situ lewat udara, secara keseluruhan daerah itu masih terisolasi selama sepekan terakhir. "Saya perkirakan 25 dari 35 desa di kecamatan ini hancur total," kata Letnan Satu Heri Supriyono dari kesatuan Kopassus kepada Alfian Hamzah dari Kantor Berita Pena Indonesia. "Desa yang selamat hanya desa di perbukitan." Tentara yang selamat, sekitar 70 oang, kini mengungsi bersama sekitar 1.500 penduduk di Desa Lhok Guci, 12 km dari Teunom ke arah perbukitan. Meski peralatan komunikasi bisa menyala, mereka tak bisa menghubungi dunia luar karena rusaknya repeater telekomunikasi di Calang, sekitar 90 km di utara Teunom. Jalan aspal dari Teunom menuju Calang terputus total. Karena tak bisa menghubungi komandan, tentara di situ mencoba meretas jalan menuju Meulaboh di selatan atas inisiatif mereka sendiri. Tapi, banyak kendala yang dihadapi. Di samping reruntuhan pohon dan bangunan, dan jalan amblas di sana-sini, hujan deras juga mengguyur kawasan itu dua hari belakangan. Lihat peta: http://www.penaindonesia.com/aceh/peta.htm Kota kecil Teunom, yang tadinya berpenduduk 18.000 orang, hampir rata dengan tanah. Laut pantai berwarna coklat karena timbunan rumah, lumpur dan pepohonan. "Kota ini hanya bisa dibersihkan menggunakan peralatan berat seperti buldozer. Dan pantai itu sebenarnya bisa didarati kapal pendarat tank (Landing Ship Tank) LST," kata Heru. Hari ini 15 helikopter Black Hawk Amerika, yang dikirim dari Kapal Induk USS Abraham Lincoln, datang ke situ untuk mengirim bantuan. Mereka menurunkan sekitar 1.000 kardus berisi sus, mie, biskuit, telur dan air mineral. Itu merupakan bantuan kedua, setelah kemarin empat helikopter yang sama mendaratkan bantuan. Hari ini pula 12 orang Marinir diturunkan dari helikopter, sebagian dari mereka dokter dan sebagian lain bertugas mengamankan jalur distribusi bantuan. Meski sudah mulai memperoleh bantuan, pertolongan kepada pengungsi masih minimal. "Saya khawatir diare mulai menjalar," kata dr. Nursanti, kepala Puskemas Kecamatan Teunom. Bersama anak dan suaminya yang selamat, Nursanti bergabung dengan pengungsi di Lhok Guci. "Selama sepekan ini ratusan orang sudah berobat ke sini karena diare. Padahal, saya hanya sendirian," katanya. Para pengungsi tidak memiliki minyak, kayu bakar dan air bersih. "Mereka minum air seadanya tanpa dimasak," kata Nursanti. Selama satu pekan sejak gempa pertama, para korban memang praktis tidak memperoleh pertolongan dari dunia luar. Ketika hujan mengguyur, mereka menggigil kedinginan di bawah tenda-tenda darurat dari terpal atau bahan apa saja yang bisa melindungi mereka dari guyuran hujan. Persediaan beras sudah habis dua hari yang lalu. "Kami perlu beras," kata Anshari, Sekretaris Kecamatan. "Mulai hari ini penduduk beralih makan sagu atau pisang." Hari ini beberapa penduduk mencoba turun ke kota mereka yang mati untuk mengambil barang yang bisa dimanfaatkan termasuk gabah yang basah untuk dikeringkan sebagai bahan makanan. Terisolasi selama sepekan, para pengungsi mencoba keluar menuju Meulaboh dengan berjalan kaki. Diperlukan waktu dua hari dua malam untuk mencapai Meulaboh. Herawati, seorang perempuan Tionghoa, menghiba-hiba untuk bisa ikut helikopter yang datang. Tapi, tak diperbolehkan. "Suami saya sudah meninggal," kata perempuan pemilik toko di Peunom ini. Bajunya sudah compang-camping.* (Berita ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya tanpa izin, secara cuma-cuma dan tanpa ikatan copyrights).

© Airputih.or.id. All rights reserved.