UNICEF Distribusikan 150 Tenda Sekolah
    IND | ENG

UNICEF Distribusikan 150 Tenda Sekolah

By : Hana 27 Mei 2005 News Categori : Berita

Jumat, 27 Mei 2005, 16:31 WIB -Berita Umum- UNICEF distribusikan 150 tenda sekolah Sumber : AirPutih Nias

Setelah daerah Alasa, Lolofitu Moi dan Mandrehe saat ini Sirombu kecamatan yang akan dilakukan distribusi tenda dari UNICEF. Sirombu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Nias, letaknya di pesisir barat dari Pulau Nias sehingga langsung berbatasan dengan Samudera Hindia yang luas. Keberangkatan untuk distribusi tenda sekolah dari UNICEF ke Kecamatan Sirombu terlambat pagi itu karena kerusakan pada roda yang sudah menipis lapisan bannya. Sudah tiga hari ini saya ikut rekan-rekan UNICEF dalam pendistribusian tenda-tenda untuk sekolah-sekolah di Nias. Menurut keterangan dari Mas Hikmat bahwa UNICEF mendistribusikan 150 set tenda untuk sekolah atau pendidikan di Nias. Sampai saat ini sudah terdistribusikan sebanyak 65 set tenda pendidikan (sekolah), 2 set tenda untuk Rumah Sakit, 1 set tenda untuk Children Centerdan 1 set tenda untuk Puskesmas Gunung Sitoli. Selain itu sebelumnya Dinas Pendidikan bekerjasama dengan UNICEF telah mendistribusikan pula tenda untuk sekolah namun ukurannya kecil menurut Hikmat dari UNICEF. Untuk itu UNICEF sendiri sekarang mendistribusikan 150 set tenda ukuran besar. Satu set tenda tersebut bisa mempunyai berat hampir 900 Kg, sedangkan kali ini yang akan kami sebarkan sebanyak 6 set tenda yang di bagi dalam 2 truck. Truck kuning yang sudah tua membawa tenda dengan beban sekitar 2 ton lebih.

Matahari sudah naik hampir berada di atas kepala, sinarnya membuat mata silau. Namun rindangnya pohon tempat kami berhenti menghalangi panasnya sengatan matahari. 30 menit rodapun sudah diganti dengan yang baru. Perjalanan ke Sirombu kami lanjutkan. Hiliduho adalah kecamatan pertama yang kami lalui jalanan mulai naik ke pebukitan. Untuk ke Sirombu memang kondisi medan jalannya naik turun karena melewati pebukitan. Saat saya lihat di peta memang banyak bukit yang harus kami lalui dari ujung timur Nias sampai ujung barat Nias. Syukur ternyata sopir sudah khatam dengan kondisi jalan seperti ini. Kombinasi tangan dan kakinya memainkan laju kendaraan saat melewati lekukan-lekukan punggungan bukit maupun turunan dan tanjakan jalan. Kadang kala saat di puncak punggungan yang memang dilintasi jalan kami bisa menikmati pandangan sampai jauh dan bisa melihat bukit maupun gunung di samping kiri maupun kanan pandangan kami. Hutan yang masih lebat tercium aroma kelembaban hutan tropis semakin membuat kerinduan untuk menyusuri jalan setapak di tengah hutan. Sempat saya lihat pada GPS bahwa ketinggian Kecamatan Hiliduho ini berada pada 250 mdpl. 2 hari yang lalu unicef telah mendistribusikan 1 set tenda di SMU Negeri 1 Hiliduho ini. Mungkin saya akan betah tinggal lama di kelas karena dari jendela akan terlihat pemandangan hutan di bukit depan yang lebat dan jauh dari kebisingan kota maupun polusi. Sedangkan dari lapangan olahraga akan lebih leluasa lagi mensyukuri keindahan hutan nias yang masih hijau dan lebat. Cukup lama kami memasuki kecamatan Hiliduho yang mempunyai luas sekitar 221,65 Km2. Turunan yang tajam disambung tinkungan cukup tajam tepat sebelum jembatan yang merupakan batas antara Kecamatan Hiliduho dengan Kecamatan Lolofitu Moi.

Kecamatan Lolofitu Moi merupakan lembah sungai Moi yang melewati kecamatan ini. Lolofitu Moi seperti ditengah-tengah mangkok karena dikelilingi oleh bukit maupun gunung. Tercatat tepat di Kantor Kecamatan Lolofitu Moi berada pada ketinggian 76 Mdpl. Karet dan Coklat merupakan perkebunan yang sering kami jumpai. Seperti saat berhenti makan siang di tepi sungai Moi tercium bau tidak sedap yang bersumber dari olahan bahan setengah jadi karet. Makan siang di tepi sungai Moi cukup menghilangkan kepenatan setelah 2 jam terpontang-panting di dalam kendaraan. Sungai Moi ini merupakan sungai utama dengan lebar sungai rata-rata 20 meter. Dari sungai ini biasanya warga mengambil pasir maupun batu kerikil untuk dijual sebagai bahan bangunan. Luas kecamatan Lolofitu Moi kurang lebih 236,52 Km2 lebih besar dari kecamatan Hiliduho yang baru saja kami lalui. Kemarin UNICEF telah melakukan distribusi bantuan tenda sekolah di SMP Negeri 2 Lolofitu Moi, kondisi bangunan sekolah beberapa ruangan mengalami kerusakan parah dan tidak layak untuk digunakan kembali dalam kegiatan belajar mengajar. Padahal tanggal 23 Mei 2005 merupakan jadwal ujian. Tenda merupakan kebutuhan mendesak sebagai tempat sementara selama rehabilitasi bangunan sudah jadi. Iring-iringan truck pengangkut bantuan melaju berlahan, 3 truck di depan dari PMI akan menuju ke Mandrehe untuk distribusi obat-obatan dan makanan pokok. 2 truck dari unicef dengan tujuan Sirombu ada di belakang. Kondisi tanah di Nias memang labil karena daerah kapur yang tertutup soil cukup tebal, sehingga kadang membuat jalan melesak ke bawah yang membuat jalan rusak. Ditambah lagi dengan gempa-gempa yang kerap terjadi semakin memperparah kerusakan jalan yang menghubungkan kecamatan-kecamatan di Nias. Banyak kami temui muka jalan yang retak terkelupas kulit aspalnya dan patah sepanjang 5-8 meter yang melesak kedalam sampai 1 meter. Masih 1 kecamatan lagi yang harus kami lewati yaitu Mandrehe namun laju masih lambat karena iring-iringan truck PMI yang tidak bisa bergerak cepat. Truck PMI memang lebih besar sehingga untuk mengambil haluan sedikit mengalami kesulitan disamping itu sopirnya bukan dari Nias sehingga kurang begitu mengenal medan yang dilalui.

Gapura batas kecamatan Lolofitu Moi dan Mandrehe disamping jalan telah kami lalui, itu berarti sekarang kami berada di Kecamatan Mandrehe yang mempunyai luas 293,20 Km2. Gempa memang menimbulkan perubahan pada infrastruktur yang ada termasuk jembatan. Hampir semua jembatan yang kami lalui telah terjadi kerusakan, selain kerusakan yang diakibatkan oleh umur dan frekuensi mobil yang melalui jembatan tersebut. Rata-rata jembatan masih menggunakan kontruksi yang lama yaitu dari bahan besi dan kayu sebagai tatakan untuk dilalui kendaraan. Umur kayu yang sudah tua sehingga banyak lobang yang kami temui selama melewati jembatan-jembatan tersebut. Ada satu sisi jembatan yang selisih ketinggiannya sampai 1 meter ini akibat dari gempa kemarin sehingga ketinggian permukaan tanah berubah. Perubahan juga terjadi pada kondisi jaringan listrik maupun telepon. Demikian pula dengan kondisi rumah disepanjang perjalanan yang kami lalui, hampir 80% terjadi kerusakan. Warga menggunakan tenda-tenda sebagai tempat tidur sementara. Yang lebih membahayakan mereka menggunakan lahan disamping jalan persis untuk mendirikan tenda, karena jalan tersebut sebagai lalu lintas kendaraan yang sewaktu-waktu bisa nyelonong ke pinggir jalan dan menerobos tenda mereka. Gerbang Sirombu baru saja kami lalui.

Jalanan mulai menurun curam dan beberapa kali patahan belokan kami lalui yang membuat goyangan pada truck yang kami tumpangi. Kecamatan dengan luas 223,80 km2 ini mempunyai wisata historis yang tinggi yaitu di Desa Onolimbu yang terletak di koordinat 00 59 10.0 N dan 97 30 04.0 E. Desa Onolimbu merupakan desa adat yang berusia 100 hingga 300 tahun. Di desa ini terdapat Rumah Adat Nias dan peninggalan budaya megalitik. Selain karet dan coklat di Sirombu banyak ditanami oleh sawah, ini yang membedakan dengan kawasan lain karena di Sirombu ini lahan yang digunakan untuk cocok tanam padi sangat luas mungkin secara geografis dan kondisi tanahnya cocok untuk ditanami padi. Jam di tangan sudah menunjukkan angka lima, warna kuning pada langit mulai nampak saat menurunkan tenda di SMP Swasta Faomasi Lahomi. Rusak parah mungkin itu yang tepat dan tidak layak untuk digunakan lagi. Wargapun membantu membangun ruangan kelas sementara secara darurat dan sekarang ditambah dengan bantuan tenda dari UNICEF.

Gempa telah membuat hancur seluruh infastruktur sendi kehidupan, namun jangan sampai membuat hancur jiwa kehidupan. Pendidikan adalah salah satu point penting dan kunci sukses untuk membangun kembali nias. Pendidikan jangan sampai terabaikan.

© Airputih.or.id. All rights reserved.