Trauma Healing untuk Korban Gempa Pangandaran
    IND | ENG

Trauma Healing untuk Korban Gempa Pangandaran

By : Hana 28 Juli 2006 News Categori : Berita

Jumat, 28 Juli 2006 04:29:50 Trauma healing untuk korban gempa Pangandaran Kategori: Pangandaran (784 kali dibaca) Ani Purwati - 27 Jul 2006 13:50 Belum hilang dari ingatan, bencana gempa dan tsunami terjadi di Aceh, akhir 2004. Bahkan masih hangat di ingatan, terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah akhir Mei 2006. Gempa bumi diiringi tsunami kembali menghantam alam Indonesia. Tepatnya terjadi di pantai Pangandaran Jawa Barat (Jabar) dan sekitarnya termasuk Jawa Tengah, 17 Juli lalu. Gempa sebanyak tiga kali itu berkekuatan terbesar sekitar 6,8 skala richter. Informasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar menyebutkan, air laut mencapai sekitar 1,5 KM dari garis pantai. Akibatnya ribuan orang penduduk sekitar pantai mengungsi. Diantaranya ke bukit lembah putri di wilayah Pangandaran. Bencana alam itu sepertinya tidak bisa terhindar dari wilayah Indonesia, termasuk pantai barat Sumatera dan selatan Jawa. Seperti dikutib Republika online, secara geologis, pantai barat Sumatra sampai selatan Jawa (Samudra Indonesia) merupakan wilayah rawan gempa. Jalur tersebut sejajar dengan deretan gunung berapi dunia, yang kerap disebut Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Samudra Indonesia juga merupakan pertemuan dua lempeng besar, yakni Lempeng Eurasia dan Lempeng India-Australia. Karenanya, di sana ada salah satu palung laut terpanjang di dunia, yakni Palung Sunda (disebut juga Pasific Basin). Tsunami di Aceh sebagai akibat tabrakan vertikal kedua lempeng tadi. Apa yang terjadi di pantai selatan Jawa Barat (Pangandaran dan sekitarnya), kemungkinan juga disebabkan oleh tumbukan yang sama. Sedangkan gempa Yogya yang tak menimbulkan tsunami, terjadi karena tabrakan horizontal lempeng-lempeng besar dunia tersebut. Trauma Healing Karena tak bisa dihindari, maka yang bisa dilakukan salah satunya upaya untuk mengurangi korban jiwa. Termasuk upaya penanganan paska bencana. Walhi Jabar turut berupaya dalam penanganan tersebut dengan mengadakan kegiatan Trauma Healing. Pendukung kegiatan tersebut adalah relawan yang siap sedia di lokasi pengungsian. Dan lebih baik ada yang memiliki keahlian sebagai psikolog. Seperti yang disampaikan Yani dari Walhi Jabar kepada www.beritabumi.or.id 25 Juli lalu, Walhi Jabar telah melakukan assesment (kajian) di berbagi tempat pengungasian. Hasilnya, masyarakat dalam keadaan trauma yang teramat sangat. Akibatnya mereka memilih tetap di pengungsian. "Sehingga perlu adanya penyembuhan terhadap trauma. Yang perlu ditangani adalah para pengungsi yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak," ungkapnya. Menurutnya, kegiatannya bersifat fun (menyenangkan). Sebagai contoh, untuk anak-anak bisa dengan cara menggambar sambil bermain. Sementara itu dalam penanganan paska bencana di Pangandaran, sesuai hasil assesment, untuk jangka pendek, Walhi Jabar berkonsentrasi di Legok Jawa dan Bulak Benda di Kecamatan Cimerak. Mereka memerlukan pembuatan sekolah tenda untuk dua tempat dengan daya tampung 200 orang. Menurut data Posko Walhi Jabar di Pangandaran 21 Juli lalu, jumlah korban meninggal berjumlah 420 Orang. Sedangkan lokasi pengungsian ada di empat kecamatan dengan rincian sebagai berikut: Pangandaran 234.200 orang, Parigi 1817 orang, Cijulang 1035 orang, Cimerak 3915 orang. Selain assesment, Walhi Jabar juga melakukan pendistribusian barang dan makanan yang diterima Posko Walhi Jabar di Pangandaran dan Bengawan ke lokasi tersebut. Untuk sementara ini, prioritas barang yang diperlukan adalah: perlengkapan perempuan dan perlengkapan serta makanan bayi. Walhi Jabar juga memfasilitasi pembuatan dapur umum dan keperluan medis serta emergency.(Ani Purwati)

© Airputih.or.id. All rights reserved.