Ribuan Siswa Belajar Tanpa Meja
    IND | ENG

Ribuan Siswa Belajar Tanpa Meja

By : Hana 30 Januari 2007 News Categori : Berita

Selasa, 30 Januari 2007 13:02:09 Ribuan Siswa Belajar Tanpa Meja Kategori: Sumut-NAD (32 kali dibaca) Kualasimpang WASPADA Online Pasca banjir bandang yang telah meluluhlantakkan Kabupaten Aceh Tamiang akhir tahun 2006 lalu, kini ribuan murid/siswa belajar di bawah tenda darurat tanpa buku, meja dan kursi. Bahkan, sebanyak 220 orang murid di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kampong Sulum, Kecamatan Sekerak, terpaksa belajar di alam terbuka beratapkan langit. Demikian hasil pantauan Waspada di sejumlah sekolah di Kecamatan Sekerak dan Bandar Pusaka, Sabtu (27/1). Di SDN Kampong Sulum, Kecamatan Sekerak, sudah lebih sebulan ruang belajar dan ruang guru serta ruangan lainnya di sekolah tersebut digenangi lumpur yang ketebalannya mencapai satu meter lebih. Selain itu, ungkap Kepala SDN Sulum, Ahmad, TB, semua mobiler dan kelengkapan proses belajar mengajar dan ruang belajar juga berantakan hancur dan penuh lumpur. "Hingga saat ini lumpur masih penuh di ruangan kelas dan ruang guru," ujar Ahmad yang menyebutkan di sekolahnya itu ada 220 orang murid dan 13 guru. Dari jumlah tersebut, sambung Ahmad, empat orang sudah Pegawai Negeri Sipil dan seorang baru lulus CPNS, tiga orang guru honor daerah, 4 orang guru bakti dan satu orang penjaga sekolah. Adapun guru yang mengajar di SDN Sulum yang beratapkan langit dan berdinding alam terbuka, kata Ahmad, yaitu Wagiman mengajar di kelas VI, Yuyun Prahyuni guru kelas III, Fitriani guru kelas V, Siti Chadijah (guru kelas I), Siti Hawa (guru Agama) Chadijah yang juga guru kelas V, Siti Hawa (guru kelas I) , Laila Paridah guru kelas II, Hamidah guru bahasa Aceh (muatan lokal), Isnaini (guru kesenian), Muhammad Misran ( guru olah raga) dan M. Kasir sebagai penjaga sekolah. Kasek SDN Sulum itu juga menjelaskan, anak-anak di sekolahnya itu baru mulai mengikuti proses belajar mengajar sejak tanggal 8 Januari 2007 dan hingga kini ruang belajar tidak dapat digunakan lagi karena berlumpur dan bangku serta meja hancur berantakan. "Kami hanya menggunakan meja dan bangku yang tersisa banjir yang masih digunakan anak-anak ketika belajar di alam terbuka," ujar Ahmad. "Beginilah nasib kami mengajar di daerah pedalaman dan kami berharap pemerintah bisa mengangkat kami semua yang mengajar di daerah pedalaman ini menjadi pegawai negeri sipil," ujar Lailan Paridah. Hal senada juga dikatakan Hamidah yang sudah 5 tahun sebagai guru bakti, Isnaini yang sudah 4 tahun sebagai guru bakti dan Muhammad Misran yang baru setahun sebagai guru bakti. Sementara itu, Mila Yusmita sari ( kelas II), Nurcahayuni kelas I dan sejumlah murid di SDN Sulum mengaku sedih sekolahnya rusak dan digenangi lumpur . "Bangku dan meja belajar serta buku-buku dan pakaian seragam sekolah kami semuanya sudah hanyut," ungkap bocah-bocah itu seusai menyanyikan syair lagu yang berjudul "Aceh Tamiang" yang merupakan karya dari Suryani, 27, ibu rumah tangga dan juga istri dari Khatib Masjid Sulum, Jamal Arif itu. Selain itu, Kasek SDN Sekumur, Kecamatan Sekerak, Hallabi yang menggelar PBM di bawah tenda darurat di ling-kungan kamp Pengungsi Se-kumur, Sabtu (27/1) menga-takan sebanyak 125 murid SDN Sekumur, terpaksa bela-jar di bawah tenda darurat tanpa meja dan kursi. Menurut Hallabi, adapun 125 orang murid itu perin-ciannya adalah kelas I ada 35 orang, kelas II tercatat 22 orang, kelas III ada 20 orang, kelas IV sebanyak 17 orang, kelas V ada 21 orang dan kelas VI tercatat 10 orang murid. "Jumlah guru sembilan orang dan penjaga sekolah satu orang dan tambah saya, berarti yang bertugas diSDN Sekumur ada 11 orang," tutur Hallabi seraya menjelaskan semua guru yang bertugas di SDN Sekumur terpaksa tinggal di kamp pengungsi akibat se-mua rumah di kampong itu hancur dan hanyut diterjang banjir akhir tahun 2006 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tamiang, Drs. Ahmad As’adi mengakui murid-murid SDN Sulum belajar di alam terbuka beratap langit. Selain itu, SDN Sekumur dan SDN Pengidam, Rantau Bin-tang, Bengklang, SDN Babo dan SMPN 2 Tamiang Hulu yang berlokasi di Kecamatan Bandar Pusaka itu juga belajar di tenda-tenda darurat karena ada yang sekolahnya hancur dan ada juga yang masih dige-nangi lumpur. "Ada ribuan murid atau sis-wa–siswi yang terpaksa belajar di bawah tenda darurat. Bah-kan, mereka ada yang meng-ikuti PBM tanpa meja, bangku dan buku paket pegangan muid dan guru," tandas Ahmad As’adi. (b21) (ags)(*)   Sumber: WASPADA Online

© Airputih.or.id. All rights reserved.