Merekayasa Gunung Kelud
    IND | ENG

Merekayasa Gunung Kelud

By : Hana 15 Oktober 2007 News Categori : Uncategorized

Senin, 15 Oktober 2007 08:37:41 MITIGASI BENCANA Merekayasa Gunung Kelud Kategori: Gunungapi (474 kali dibaca) Nasru Alam Aziz Sepanjang sejarahnya, Gunung Kelud sudah meletus lebih dari 30 kali. Letusan yang tercatat mulai tahun 1000 hingga 1990. Saat ini Gunung Kelud kembali menunjukkan peningkatan aktivitas, dan sudah berstatus siaga sejak 29 September 2007. Sejak tahun 1300, periode letusan terjadi antara 9 dan 75 tahun. Sepanjang abad lalu saja terjadi lima letusan, yakni tahun 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990. Pada letusan terakhir, 10 Februari 1990, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah, melalui 11 sungai di sekeliling gunung. Gunung Kelud (1.731 meter di atas permukaan laut atau sekitar 1.650 meter di atas permukiman padat penduduk) adalah gunung api strato aktif, yang di puncaknya terdapat danau kawah. Pemerintah kolonial Belanda baru membangun dam di sepanjang Sungai Badak tahun 1905 untuk mengalihkan aliran lahar dari permukiman di sekitar Blitar. Saat letusan tahun 1919, dam itu ternyata tak cukup efektif karena ikut tersapu lahar. Dalam tempo kurang dari satu jam, aliran lahar sudah menjangkau 38 km, merusak lebih dari 15.000 hektar lahan pertanian dan ratusan desa, serta menewaskan 5.160 penduduk. Sejak letusan yang sangat dramatis itu, tahun 1919 mulai dibangun terowongan untuk mengendalikan air danau kawah. Saat penggalian terowongan sepanjang 955 meter itu, permukaan danau kawah masih kering. Namun, karena suhu kawah sangat tinggi (berkisar 46 derajat Celsius), terowongan belum juga rampung hingga tahun 1923, dan danau kawah sudah kembali terisi air hingga 22 juta kubik. Akhirnya diputuskan membuat tujuh terowongan paralel di bawahnya untuk menurunkan permukaan air danau. Terowongan itu selesai tahun 1926 dan berhasil menurunkan volume air danau kawah hingga kurang dari 2 juta kubik. Setelah letusan tahun 1966, sebuah terowongan baru dibangun 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik. "Pada letusan tahun 1990 terowongan tertutup material vulkanik. Pencarian mulut terowongan yang tertimbun dimulai tahun 1991 dan baru ditemukan setahun kemudian. Proyek Terowongan Ampera selesai tahun 1994," tutur Suhartono, pelaksana teknik Kegiatan Pengendalian Lahar Gunung Kelud. Instansi ini berada di bawah Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Departemen Pekerjaan Umum. Di atas terowongan-terowongan itu juga ada Terowongan Ganesha, yang berfungsi sebagai jalur inspeksi ke danau kawah. Terowongan sepanjang 150 meter ini bisa dilalui mobil. Jika Gunung Kelud meletus kembali, diperkirakan akan memuntahkan 57 juta kubik lahar panas dan lahar dingin. Departemen PU telah menyiapkan 11 kantong lahar dan 135 cekdam dengan daya tampung 21,3 juta kubik. Saat ini sedang dibangun lima cekdam lagi dengan daya tampung 3,3 juta kubik.((*))   Sumber: kompas

© Airputih.or.id. All rights reserved.