Kenapa FOSS?
    IND | ENG

Kenapa FOSS?

By : Taufik Hazan Asari 10 April 2009 News Categori : Kolom Pembicaraan

Oleh : Imron Fauzi Aman Dokumen rusak atau hilang dan sistem operasi komputer tidak bisa digunakan karena rusak. Dua hal tersebut sering dialami oleh pengguna komputer. Salah satu penyebab utama adalah adanya gangguan dari malware (program jahat) yang berhasil menyusup ke komputer. Malware (program jahat) seperti virus, worm, trojan, adware dan program perusak lainnya menjadi musuh utama pengguna perangkat elektronik seperti komputer atau mobilephone. Jumlah gangguan malware (program jahat) seperti virus, worm, trojan, adware atau program perusak di penghujung 2007 semakin banyak jumlahnya. Internet Security Thread Report perusahaan Symantec menyebutkan bahwa angka malware mencapai 1 juta jenis. Cara penyusupannya beragam, jalur yang paling umum digunakan adalah melalui internet, email dan World Wide Web. Sistem operasi GNU/Linux juga tidak luput dari serangan malware. Tetapi sistem operasi ini mampu menahan penyebaran virus, dengan akses keamanan yang baik. Secara umum GNU /Linux default installnya tidak menjalankan SSH server dan tidak menghasilkan open listening port. Akses admin root untuk melakukan perubahan pada bagian sistem file. Layanan firewall yang sudah menjadi default install pada beberapa GNU/linux. Malware yang menyerang GNU/Linux relatif lebih kecil jumlahnya dibanding sistem operasi proprietary. Aplikasi anti virus untuk GNU/Linux yang relatif mampu melindungi komputer. Update perbaikan paket dari distribusi GNU/Linux pada tingkat keamanan secara reguler.  Faktor keamanan dan bebas dari virus merupakan salah satu alasan pengguna menggunakan free/open source software. Tidak Bajakan Indonesia adalah negara produsen perangkat lunak bajakan. Business Software Aliance (BSA) mengungkapkan bahwa Indonesia tingkat pembajakan terhadap perangkat lunak masih tinggi, sekitar 84 persen pada tahun 2007. Harga lisensi perangkat lunak proprietary yang tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh kemampuan sebagian besar masyarakat untuk membeli. Langkah yang paling mudah dan instan dilakukan adalah menggunakan perangkat lunak bajakan. Solusi yang bisa dipilih adalah menggunakan free/open source software. Pada prinsipnya, secara legal pengguna software ini diperbolehkan untuk menggunakan, menyebarluaskan, memodifikasi. Aspek hukum telah melindunginya dalam Hak Cipta (Copyright), seperti GNU Public License (GPL). Prinsip dasar GPL berusaha memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi pengguna dan atau pencipta perangkat lunak untuk mengembangkan kreasi perangkatnya dan menyebarkannya secara bebas kepada publik. Hemat dan Efisien Relatif tidak membutuhkan biaya yang besar untuk mendapatkan free/open source software. Sebab salah satu kriterianya adalah software ini bisa diakses atau didapatkan oleh masayarakat dengan bebas. Umumnya dapat diperoleh melalui internet, namun tidak semua daerah di Indonesia bisa mengakses internet. Alternatif lain untuk mendapatkan adalah membeli CD/DVD installer dan repository di toko-toko. Biaya yang dikeluarkan adalah untuk jasa pengiriman dan penggandaan keping CD/DVD, jika melalui internet maka biaya yang dikeluarkan adalah akses internet dan CD/DVD untuk penyimpanan. Satu keping CD/DVD harganya berkisar 20.000 rupiah. Misalnya GNU/Linux BlankOn, setelah membeli CD/DVD installer. Maka installer tersebut boleh digunakan untuk komputer lain dan tidak dibatasi jumlahnya. Misalnya dalam satu kantor ada 100 komputer, maka CD/DVD installer tersebut diperbolehkan untuk digunakan pada 100 komputer tersebut. Biaya yang dibutuhkan untuk 100 komputer adalah pembelian CD/DVD installer, jasa bagi penginstall, pelatihan penggunaan dan biaya costumize jika dibutuhkan. Jika dipandang dari sisi perputaran uang, maka uang tidak akan pergi ke luar negeri. Uang yang beredar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dalam hal ini para tenaga installer, customize dan pelatih. Mandiri Ketergantungan akut adalah penyakit, termasuk tergantung pada satu software dan vendor tertentu. Ketergantungan akan membawa peluang monopoli pasar penggunaan software serta korupsi. Munculnya gerakan free software telah mendobrak sistem ketergantungan dengan menawarkan alternatif pilihan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Implementasi penggunaan free/open source software secara teknis menghilangkan ketergantungan, jika mengalami kerusakan teknis pada sistem, para pengembang atau komunitas bisa memberikan respon untuk memperbaiki kerusakan. Jika ini terjadi pada perangkat lunak proprietary yang tertutup, maka tidak semua orang diperbolehkan memperbaiki, karena lisensinya melarang. Free/open source software dibangun oleh jutaan pengembang di seluruh dunia. Siapapun boleh mempelajari sumber kodenya, bisa melaporkan kesalahan dan celah keamanan, serta memperbaikinya. Masyarakat atau pengguna diberi kebebasan memilih menggunakan perangkat lunak sesuai kebutuhan dengan beragam lisensi dan konsekuensinya. Mudah dan Fleksibel Free/open source software semakin menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Inovasi dan kreatifitas pengembangan perangkat lunak terus dilakukan. Modifikasi pada perangkat lunak ini sangat memungkinkan dilakukan dan oleh siapapun. Dewasa ini semakin banyak dibutuhkan sistem informasi yang dibutuhkan oleh organisasi dan perusahaan. Free/open source software mampu memenuhi kebutuhan ini seperti mapserver, aplikasi map base web, logistik dan human resource management, dan lain sebagainya. Dengan pertumbuhan dan perkembangan tekhnologi dan informasi yang meningkat, semakin banyak pula tenaga ahli dibidang rekayasa perangkat lunak. Free/open source software menjadi obyek pengembangan perangkat lunak, bahkan menghasilkan karya baru. Mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru dibidang rekayasa perangkat lunak. Free/open source software dengan formatnya yang terbuka, memungkinkan pengguna untuk mengakses dokumen meskipun dengan platform yang berbeda. Salah satu contohnya adalah Open Document Format yang telah dijadikan standar penggunaan format dokumen oleh International Organization for Standardization (ISO). Dukungan dari komunitas free/open source software memudahkan masyarakat yang menggunakan perangkat lunak ini. Berbagai macam panduan dan petunjuk penggunaan bisa diakses dengan mudah di internet. Mereka juga aktif kegiatan-kegiatan offline, seperti pelatihan, ngoprek, workshop di dalam komunitas mereka. Prinsip gotong royong sangat kuat di komunitas ini. Bagi Indonesia, menggunakan free/open source software akan dapat menghemat devisa, melepaskan diri dari ketergantungan asing, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, menciptakan lapangan pekerjaan. Indonesia, Go Open Source! Referensi : - Internet Security Thread Report, Symantec, http://eval.symantec.com/mktginfo/enterprise/white_papers/b-whitepaper_exec_summary_internet_security_threat_report_xiii_04-2008.en-us.pdf diakses pada 7 April 2009 - Virus di Linux, Harry Sufehmi Blog, http://harry.sufehmi.com/archives/2009-01-12-1865/ diakses pada 7 April 2009 - The Virus threat to Linux, DesktopLinux.com, http://www.desktoplinux.com/articles/AT3307459975.html diakses pada 7 April 2009 - GNU, http://www.gnu.org diakses pada 7 April 2009

© Airputih.or.id. All rights reserved.