Dua Jembatan Putus, 31 Tewas, 20.000 Warga Terisolasi
    IND | ENG

Dua Jembatan Putus, 31 Tewas, 20.000 Warga Terisolasi

By : Hana 18 Januari 2007 News Categori : Berita

Kamis, 18 Januari 2007 19:58:45 Longsor di Sangihe Dua Jembatan Putus, 31 Tewas, dan 20.000 Warga Terisolasi Kategori: SULUT (84 kali dibaca) Tim penyelamat melakukan evakuasi korban di Kelurahan Soataloara, Kecamatan Tahuna Timur, Kabupaten Sangihe. Korban diidentifikasi bernama Nurahim Untu (21) yang ditemukan Rabu (17/1) sore. Korban ditemukan, setelah tujuh hari sesudah terjadi banjir bandang dan tanah longsor yang melanda daerah itu, Kamis (11/1) . [Pembaruan/Fanny Waworundeng] [TAHUNA] Longsor dan banjir bandang yang melanda Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (Sulut), Kamis (11/1), menyebabkan 20.000 warga di Kecamatan Kendahe dan Kecamatan Tahuna Barat, masih terisolasi hingga Rabu (17/1) malam, karena dua jembatan yang menghubungkan Kecamatan Tahuna terputus total. Kedua jembatan yang putus itu adalah Jembatan Malebur I (7x50 meter) dan Malebur II (7x100 meter) di Kelurahan Santiago, Kecamatan Tahuna, sekitar 200 mil sebelah utara Kota Manado, Sulut. Selain itu, sekitar 25 kilometer jalan yang menghubungkan Tahuna sebagai ibu kota Kabupaten Sangihe menuju Bandara Naha tertutup longsoran. Akibatnya, warga dari Naha, Kecamatan Tabukan Utara, harus melewati jalur Naha-Manganitu jika ke Tahuna dengan jarak tempuh satu jam setengah. Padahal, jalur yang tertutup hanya ditempuh 50 menit. Berdasarkan pantauan Pembaruan saat meninjau lokasi bencana Rabu (12/1) petang hingga malam, tampak masyarakat mengalami kesulitan transportasi. Mereka yang paling parah adalah Kecamatan Tahuna Barat dan Kendahe. "Kami minta pemerintah segera memperbaiki jembatan dan membersihkan tanah longsor," ujar Ny Jenny, warga Kecamatan Tahuna Barat. Perbaiki Infrastruktur Sementara itu, Gubernur Sulut, Sinyo Harry Sarundajang yang didampingi Bupati Kepulauan Sangihe, Winsulangi Selindeho, saat meninjau lokasi bencana, Rabu (17/1) petang, hingga malam kepada wartawan mengatakan, perbaikan infrastruktur jembatan dan jalan harus segera dilakukan. "Kami prihatin dengan kondisi ini, karena rusaknya infrastruktur itu mengganggu ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, infrastruktur harus segera diperbaiki untuk kembali menggairahkan roda ekonomi rakyat," ujarnya. Gubernur Sarundajang minta dua jembatan, dan jalan yang tertimbun longsor harus diperbaiki secepatnya sehingga penyaluran bantuan sembako dan obat-obatan kepada 20.000 warga yang terisolasi segera diterima. Dalam kesempatan itu, Sarundajang, meninjau Desa Utaurano Kecamatan Tabukan Utara di mana 200 rumah rusak parah. Pada kesempatan itu, Gubernur berdialog dengan 300 pengungsi di lokasi penampungan. Dalam dialog itu, Rudi Rarunkondo, warga Desa Utaurano menjelaskan, sekitar 150 jiwa nyaris terbawa banjir. Namun, karena cepat keluar dari desa, mereka lolos dari maut. Ditemukan Sementara itu, Rabu petang ditemukan lagi dua korban yang tertimbun tanah longsor. Dengan demikian, sudah ditemukan 31 orang yang tewas. Dua korban yang ditemukan, yakni Lidya Gideon dan Nurahim Untu (21). Dengan demikian, korban tinggal tiga orang yang belum ditemukan, yakni di Kelurahan Soa Taloara, dan Kelurahan Dumuhung. Kamis pagi ini, pencarian dilanjutkan untuk mencari tiga korban yang belum ditemukan. Kedua korban itu ditemukannya itu saat Gubernur Sarundajang dan Bupati Winsulangi mengunjungi pengungsi di Kelurahan Soa Taloara Rabu petang. Gubernur minta pencarian diteruskan untuk menemukan korban tersisa. Sarundajang juga berharap 4.845 jiwa atau 1.246 keluarga warga yang masih di lokasi pengungsian, harus diperhatikan, terutama bahan makanan, obat-obatan, selimut dan keperluan alat masak. "Kami minta ini diperhatikan. Jangan sampai pengungsi lapar dan sakit. Pemerintah akan membantu sepenuhnya," ujar Sarundajang. Menurut Bupati Sangihe, Winsulangi Salindeho, sekitar 2.000 anak-anak yang mengungsi tidak sekolah. Karena 15 bangunan sekolah yang ada digunakan untuk pengungsi. Selain itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulut, A Lomban kepada Pembaruan mengatakan, anak-anak harus sekolah. "Untuk itu diharapkan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe mengupayakan mereka untuk mengikuti proses belajar secara bergantian dengan gedung sekolah yang ada," ujarnya. Menurut Bupati Winsulangi Salindeho, kerugian akibat bencana banjir dan tanah longsor di wilayahnya sekitar Rp 67,929 miliar. Itu baru perhitungan sementara, kerugian akibat kerusakan perumahan rakyat dan permukiman, lahan pertanian dan perkebunan, jalan dan jembatan, telekomunikasi, Perusahaan Air Minum Daerah (PAMD), rumah ibadah serta bidang kesehatan. "Jadi, cukup besar kerugian, dan kemungkinan akan bertambah," kata Bupati. Selain itu, ratusan warga Tahuna hingga Rabu malam melakukan kerja bakti membersihkan lumpur, sampah dan memperbaiki berbagai kerusakan akibat banjir bandang dan longsor, Kamis (11/1) lalu.(136)   Sumber: Suara Pembaruan

© Airputih.or.id. All rights reserved.