Dari Anak Australia untuk Aneh Aceh
    IND | ENG

Dari Anak Australia untuk Aneh Aceh

By : Hana 06 Februari 2006 News Categori : Berita

Senin, 6 Februari 2006, 18:35 WIB -Berita Umum- Dari Anak Australia untuk Anak Aceh Sumber : Serambi Online Tsunami telah menghadirkan solidaritas antar umat manusia. Solidaritas itu melintasi batas negara, batas agama, dan batas usia. Penderitaan yang dirasakan oleh para korban di Aceh, misalnya, secara tak langsung dirasakan pula oleh masyarakat di luar Aceh, bahkan di luar negeri. Juga ke Australia, nestapa ini terasa, sehingga mereka ikut berpartisipasi untuk urun bantuan. Maka sebuah sekolah di Negeri Kanguru itu tergerak untuk menyalurkan sumbangan untuk sekolah di Aceh. Sumbangan itu bukan berasal dari sekolah sebagai sebuah lembaga, tetapi dari para murid di St Angkilan School. Anak-anak yang memperoleh uang saku (uang jajan) dari orangtua mereka setiap hari, itulah yang mereka sisihkan lalu mereka sumbangkan untuk teman-temannya di Aceh. Misalnya, Kamis (2/2) pekan lalu, uang yang terkumpul di Australia itu diserahkan oleh Ketua Yayasan Peduli Pendidikan Aceh dan Nias yang dipercaya untuk mengelola bantuan tersebut dalam sebuah upacara di aula SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Negeri 1 kepada siswa sekolah tersebut. “Itulah yang dapat diberikan oleh teman-teman kalian di Australia dari uang saku yang mereka terima dari orangtua mereka, “ kata Dr Anwar MD, ketua yayasan itu. Memang bisa menyisihkan lalu menyumbang kepada teman-teman di Aceh, karena jumlah uang jajan yang diperoleh anak-anak Australia ––barangkali–– jauh lebih besar daripada yang lumrah diperoleh anak-anak sekolah di negeri kita. Dengan disisihkan hanya sedikit saja, jumlahnya sudah cukup banyak bila diurs dengan uang kita. Jumlah yang Rp 100.000 perorang seperti yang diserahkan oleh tersebut atas nama sebuah badan di Australia –– The Imnau Foundation pimpinan Ken Symond–– sudah lumaian untuk digunakan anak-anak korban tsunami bukan hanya untuk uang jajan, tetapi barangkali untuk membeli perlengkapan sekolah. Selain untuk 10 siswa SMK, bantuan beasiswa yang dijangka diberikan selama enam bulan itu diserahkan pula kepada 10 siswa SMA Negeri 1 Banda Aceh. Juga para murid MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) di Lamteumen mendapat fasilitas yang sama. Kecuali untuk anak-anak, yayasan itu juga menyerahkan dana untuk masing-masing sekolah. Begitulah bantuan demi bantuan datang ke Aceh dalam berbagai bentuk dari berbagai komunitas. Bantuan ini antara lain untuk kepentingan dunia pendidikan. Lihat saja di sekitar Banda Aceh. Berbagai plang nama dari penyumbang bertengger di depan gedung-gedung baru. Dan gedung itu adalah rumah sekolah yang dibangun untuk menggantikan sekolah yang telah luluh lantak oleh tsunami. Ada sekolah yang dibangun oleh Islamic Relief, ada pula yang dibangun oleh yayasan-yayasan atau badan donor lain. Yayasan Sukma yang mengelola dana “Indonesia Manangis” Metro TV misalnya membangun tiga SMA dengan perlengkapan modern yaitu di Pidie, Bireuen, dan Lhokseumawe. Disebut-sebut SMA ini berkatagori unggul. Kecuali yayasan dan badan-badan internasional, banyak juga sekolah yang dibangun atas nama bantuan masyarakat daerah lain di Indonesia. Di sisi jalan arah ke Kueng Raya, di Aceh Besar terdapat sebuah gedung SD yang sangat artistik dan bagus bentuknya. Dilihat dari arsitekturnya, gedung ini mencirikan bangunan salah sebuah daerah di Indeonsia. Itulah SD hasil sumbangan masyarakat Lampung, dan arsitekturnya juga arsitektur Lampung. Gedung dua lantai ini dihiasi dengan ornamen “suker” Lampung, Memang tidak hanya dalam dunia pendidikan yang mendapat perhatian masyarakat luar untuk Aceh. Hampir di berbagai bidang sarana dan prasarana publik, misalnya sejumlah puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) yang telah rusak juga dibangun oleh Islamic Relief. Ada NGO yang membangun sendiri, dan yang bekerjasama dengan yayasan atau LSM (lembaga swadaya masyarakat) lokal. Yayasan dari Australia yang menyediakan beasiswa untuk anak-anak sekolah Aceh tadi juga berkerjasama dengan Yayasan Peduli Pendidikan Aceh dan Nias untuk mengobati pasien korban tsunami dan orang-orang tidak mampu. Sebuah klinik kecil-kecilan dibuka di kawasan Geuceu Garot, Darul Imarah Aceh Besar. Dalam seminggu klinik sederhana ini melayani masyarakat dua kali yaitu pada hari Selasa dan Sabtu. “Alhamdulillah bantuan obat-obatan dari Australia itu telah menolong mansayarakat yang berobat secara gatris ke mari,” kata Dr Anwar. Begitulah bencana alam telah melahirkan solidaritas yang tinggi antar umat manusia dimana pun berada. Juga dari kalangan anak-anak seperti halnya anak Australia yang telah menyisihkan sebagian uang sakunya untuk teman-temannya di Aceh. Jumlahnya memang tidak banyak. Tetapi maknanya jauh melebihi angka-angka yang ada. Dari uang saku ––yang seharusnya untuk jajanan mereka sehari-hari––telah mereka ikhlaskan demi rekan-rekannya di Aceh, ke sebuah kawasan yang dipisahkan oleh laut di lain benua. Lalu, adakah kita merasa mereka juga adalah saudara-saudara kita? (ian)

© Airputih.or.id. All rights reserved.