Banjir Lahar Dingin Semakin Sering Terjadi Bersamaan dengan Turunnya HUjan
    IND | ENG

Banjir Lahar Dingin Semakin Sering Terjadi Bersamaan dengan Turunnya HUjan

By : Hana 26 Desember 2006 News Categori : Pusat Data

Selasa, 26 Desember 2006 09:55:05 Awan Panas Mulai Terlihat Kategori: Merapi (232 kali dibaca) Banjir Lahar Dingin Makin Sering Terjadi Bersamaan dengan Turunnya Hujan Magelang, Kompas - Awan panas di atas puncak Gunung Merapi mulai terlihat di Kali Bebeng, Minggu (24/12) malam. Awan panas serupa kabut berwarna hitam pekat itu mulai tampak sekitar pukul 20.00. Kendatipun belum turun hujan, kemunculan awan panas ini sudah disertai petir yang menyambar-nyambar. "Awan panas itu cuma bertahan di sebelah timur Kali Bebeng dan tidak menyebar hingga ke wilayah yang lebih luas di sekitarnya," kata Ribut, seorang penambang pasir, Senin siang. Berbeda dengan yang terjadi di Kali Gendol, Daerah Istimewa Yogyakarta, awan panas ini tidak disertai hujan abu. Ribut menambahkan, karena cuaca tidak hujan, penambang pasir tidak mengacuhkan hal itu dan terus bekerja. Camat Srumbung, Ali Setyadi, mengatakan, awan panas itu sebenarnya sudah yang kedua kalinya terlihat. Awan panas pertama, menurut dia, sudah muncul setelah hujan deras pada Jumat malam lalu. "Awan panas itu muncul dari muntahan material dari letusan bulan Juli lalu dan bukan berasal langsung dari kawah Merapi," ujarnya. Secara umum, Ali mengatakan, Kecamatan Srumbung dan kecamatan lain di sekitar lereng Merapi masih relatif aman dari luberan banjir lahar dingin. Pasalnya, selain masih bertahan di aliran sungai, volume endapan material di Kali Krasak hanya mencapai tiga juta meter kubik. Angka ini jauh lebih kecil dari endapan di Kali Gendol yang mencapai enam juta meter kubik. Banjir lahar dingin Sementara itu, hujan dan banjir lahar dingin sudah semakin sering terjadi di kawasan Kali Bebeng. Hal ini membuat para penambang pasir harus berhenti bekerja beberapa kali dalam sehari. "Kalau sudah terjadi mendung tebal di sekitar puncak Merapi, kami sudah tidak berani bekerja lagi," ujar Paiman, salah seorang penambang. Senin kemarin, hujan dan banjir lahar terjadi untuk keenam kalinya. Penambangan sempat terhenti pada pukul 12.00. Ketika hujan mulai reda sekitar pukul 13.00, para penambang kembali bekerja dengan mengenakan jas hujan atau payung. Meski demikian, sejumlah penambang mengaku sering merugi karena banjir lahar yang muncul tiba-tiba. Heru, seorang penambang, misalnya, mengaku kehilangan pasir yang sudah dia kumpulkan dengan susah payah untuk diisikan ke dalam empat truk. "Padahal, untuk mengisi pasir ke satu truk saja saya bisa mendapatkan Rp 60.000," ujarnya kecewa. Manual diizinkan Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Magelang secara tegas mengizinkan adanya penambangan manual di Kali Bebeng. Secara formal, hal ini akan diatur dalam peraturan bupati dan berikutnya ditindaklanjuti dalam bentuk peraturan daerah. Demikian dikatakan Bupati Magelang Singgih Sanyoto seusai rapat pembahasan tentang penambangan pasir hasil muntahan material Gunung Merapi, Sabtu. Singgih mengatakan, peraturan bupati tersebut nantinya akan mengatur agar kegiatan penambangan pasir dikelola bersama masyarakat. "Dengan demikian, pada akhirnya, Gunung Merapi tidak lagi sekadar dipandang sebagai sumber bencana, namun sebaliknya, dapat menjadi sumber daya alam yang menguntungkan bagi lingkungan sekitarnya," kata Singgih. Pembuatan peraturan tentang penambangan ini, menurut Singgih, dilakukan berdasar aspirasi masyarakat yang memang mendesak diizinkannya kegiatan penambangan karena adanya luberan material dari lahar dingin Merapi. Hal ini sekaligus merevisi Surat Keputusan Bupati Magelang Nomor 19 Tahun 2004, yang sebelumnya melarang tegas penambangan pasir di kawasan Kali Bebeng dan sekitarnya.(EGI)   Sumber: Kompas

© Airputih.or.id. All rights reserved.