Pejabat dan Relawan Snobis Jangan ke Aceh
    IND | ENG

Pejabat dan Relawan Snobis Jangan ke Aceh

By : Taufik Hazan Asari 02 Januari 2005 News Categori : Berita

Seharian Tim Air Putih keliling sejumlah Posko dan Instansi di Aceh dan menerima berbagai cerita seru serta KELUHAN! Aceh memerlukan penanganan yang sangat serius, cepat dan efektif efisien. Tapi catatan mereka yang telah bertugas sejak hari pertama hampir seragam semua. Pertama, mereka mengeluhkan banyaknya acara seremonial pejabat baik pusat maupun daerah. Kedatangan pejabat hanya bermanfaat satu hal saja, pencitraan dan dramatisasi yang diekspose luar biasa oleh media. Manfaat riil untuk rakyat yang menderita? Nyaris tidak ada. Bahkan akibat yang ditimbulkannya justru sangat mengenaskan. Jadwal transport relawan dan logistik sebagian besar dibatalkan tanpa ada kepastian berangkat. Di sisi lain, petugas2 di Aceh, terpaksa harus meninggalkan semua kegiatan penanganan bencana karena harus melayani para pejabat. Sebuah instansi bahkan mengaku, setiap kunjungan pejabat hampir selalu unit kendaraannya ludes dipinjam. Padahal mereka tidak mendapatkan pengganti BBM dan bahkan kendaraan itu baru saja bisa beroperasi setelah mereka kerja keras berhari2 memperbaikinya (akibat terkena tsunami). Banyak kendaraan itu tidak bisa dipergunakan lagi, padahal jadwal mereka sangat padat karena kendaraan itu diperlukan untuk operasional petugas2 yang berupaya memperbaiki infrastruktur, sambil berbagi tugas membawa bantuan sembako dan obat ke kamp2 pengungsi serta juga mengangkut orang disela waktu menunggu perbaikan infrastruktur. Belum lagi jumlah petugas Instansi yang terbatas, banyak yang jadi korban dan banyak yang harus mengurus keluarganya yang menjadi korban juga. Jadi operasional kantor2 pun sangat pincang. Jumlah personil dan kualifikasinya amat terbatas. Ketika mereka juga harus menemani para pejabat yang berkunjung, sudah pasti operasional kantor berhenti, proses perbaikan dan pengaktifan infrastruktur pun berkali2 tertunda. Lebih mengerikan lagi hampir selalu setiap kunjungan pejabat meminta berbagai macam fasilitas2 dengan alasan prosedur tetap. Mereka, para pejabat ini seolah seperti tidak peduli kritisnya dan minimnya resource yang tersedia yang seharusnya dimaksimalisasi untuk menolong rakyat. Mulai dari tentara, polisi, relawan, petugas/aparat pemerintah sampai pengungsi semuanya mengeluhkan hal ini. Mereka bahkan bertanya, berapa banyak dana dan resource terpakai untuk acara pesiar ini? Apakah tidak lebih baik bila dananya dialokasikan untuk recovery dan silahkan para pejabat itu duduk manis di kantornya dan cukup memerintahkan staf merangkum news dari tv dan media lain. Coba lihat, hampir tiap 15 menit di tv berita aceh ada yang baru, untuk apa lagi datang ke Aceh? Keluhan kedua adalah banyaknya Relawan Snobis, yang menurut salah satu rekan wartawan di Posko Air Putih Aceh, mereka ini adalah seleb kesasar! Ada beberapa kelompok yang kerjanya kesana kemari diliput media dan terdiri dari sejumlah orang yang merupakan "titipan" para pejabat. Sementara ujung sepatu mereka tampak tetap bersih dan wajah mereka terlindung sun block. Petugas nampak harus melayani mereka. Ini adalah sebuah drama satire. Relawan Snobis ini bahkan seperti pelancong, datang di lokasi bencana, nonton kegiatan para relawan asli dan tni mengevakuasi mayat, reruntuhan, membuka akses jalan dan infrastruktur dsb. Lainnya nampak bergerombol dan mengambil foto2 atau video. Tidak ada satu pun kegiatan bermanfaat yang mereka lakukan. Mereka ini JUSTRU disupport oleh tangan kekuasaan pejabat. Mereka mendapat prioritas seat transportasi yang sangat terbatas dan sulit diperoleh. Arus mondar mandir mereka membikin penuh jadwal pesawat sehingga banyak penerbangan cargo bantuan tertunda. Dari Jakarta dan kota2 lain, arus relawan juga tertahan berhari2, bahkan sampai Gubernur DIY, merasa heran, kemanakah perginya armada Indonesia? Di Jakarta lebih dari 1500 relawan PMI, sebuah lembaga vital yang punya pengalaman sangat luas dalam penanganan bencana, sampai hari ke 6 belom berhasil mengirimkan pasukannya. Disamping ribuan relawan Pecinta Alam dan masyarakat, mereka juga batal berangkat meskipun sudah siap dan sudah dimobilisasi sejak Selasa dan Rabu lalu. Banyak diantara mereka, menempuh jalan nekat, via darat, menumpang sana sini, kapal laut bahkan akhirnya (seperti dialami Tim Air Putih), numpang pada pesawat asing. Sedangkan setiba di Aceh mereka melihat bahwa banyak heli, pesawat ternyata mengangkut pejabat serta relawan snobis. Sangat menyedihkan. Relawan snobis yang tidak jelas itu harus secepatnya ditarik dari Aceh. Karena Aceh memang perlu tenaga relawan yang benar2 punya kualifikasi. Ini juga sangat penting untuk menghindari gesekan yang mungkin terjadi antara para relawan. Jangan sampai egosentrisme mencemari. Pertanyaannya, kepada siapa keluhan ini harus diadukan?

© Airputih.or.id. All rights reserved.